Azan (ejaan KBBI) atau adzan (Arab: أذان) merupakan panggilan bagi umat Islam untuk
memberitahu masuknya salat fardu. Dikumandangkan oleh seorang muadzin setiap salat lima waktu.
Lafal azan terdiri dari tujuh bagian:
2. Asyhadu alla ilaha illallah (2 kali)
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah"
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah"
5. Hayya 'alal falah (2 kali)
"Mari meraih kemenangan"
"Mari meraih kemenangan"
6. Ashsalatu khairum minan naum (2 kali)
"Salat itu lebih baik daripada tidur" (hanya diucapkan dalam azan Subuh)
"Salat itu lebih baik daripada tidur" (hanya diucapkan dalam azan Subuh)
8. Lailaha ilallah (1 kali)
"Tiada Tuhan selain Allah"
"Tiada Tuhan selain Allah"
Azan mulai disyariatkan pada tahun kedua Hijriah.
Mulanya, pada suatu hari Nabi Muhammad
mengumpulkan para sahabat untuk memusyawarahkan bagaimana
cara memberitahu masuknya waktu salat dam mengajak
orang ramai agar berkumpul ke masjiduntuk
melakukan salat berjamaah.
Di dalam musyawarah itu ada beberapa usulan. Ada yang
mengusulkan supaya dikibarkan bendera sebagai
tanda waktu salat
telah masuk. Apabila benderanya telah berkibar, hendaklah orang yang melihatnya
memberitahu kepada umum. Ada juga yang mengusulkan supaya ditiup trompet seperti
yang biasa dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi.
Ada lagi yang mengusulkan supaya dibunyikan lonceng seperti
yang biasa dilakukan oleh orang Nasrani.
Ada seorang sahabat yang menyarankan bahwa manakala waktu salat tiba, maka
segera dinyalakan api pada
tempat yang tinggi di mana orang-orang bisa dengan mudah melihat ke tempat itu,
atau setidaknya, asapnya bisa dilihat orang walaupun berada di tempat yang
jauh. Yang melihat api itu, hendaklah datang menghadiri salat berjamaah.
Semua usulan yang diajukan itu ditolak oleh Nabi.
Tetapi, dia menukar lafal itu dengan assalatu jami’ah (marilah
salat berjamaah). (KYP3095) Lantas, ada usul dari Umar bin Khattab jika
ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim untuk salat
pada setiap masuknya waktu salat. Kemudian saran ini bisa diterima oleh semua
orang dan Nabi Muhammad
juga menyetujuinya.
“ Abu
Dawud mengisahkan bahwa Abdullah bin abbas berkata sebagai
berikut: "Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk salat dimusyawarahkan,
suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang
menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya,
"apakah ia bermaksud akan menjual lonceng itu? Jika memang begitu, aku
memintanya untuk menjual kepadaku saja". Orang tersebut justru
bertanya," Untuk apa?" Aku menjawabnya, "Bahwa dengan
membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan
salat". Orang itu berkata lagi, "Maukah kamu kuajari cara yang lebih
baik? Dan aku menjawab, "ya" dan dia berkata lagi dengan suara yang
amat lantang:
·
Allahu Akbar Allahu Akbar
·
Asyhadu alla ilaha illallah
·
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
·
Hayya 'alash sholah (2 kali)
·
Hayya 'alal falah (2 kali)
·
Allahu Akbar Allahu Akbar
·
La ilaha illallah
Ketika
esoknya aku bangun, aku menemui Nabi Muhammad
, dan menceritakan perihal mimpi itu kepadanya, kemudian Nabi
Muhammad
, berkata, "Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah
disamping Bilal dan ajarilah dia bagaimana
mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan seperti itu dan dia
memiliki suara yang amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama
Bilal." Rupanya, mimpi serupa dialami pula oleh Umar. Ia juga menceritakannya
kepada Nabi Muhammad
.
Setelah
lelaki yang membawa lonceng itu melafalkan azan, dia diam sejenak, lalu
berkata: "Kau katakan jika salat akan didirikan:
·
Allahu Akbar, Allahu Akbar
·
Asyhadu alla ilaha illallah
·
Asyhadu anna Muhammadarrasullulah
·
Hayya 'alash sholah
·
Hayya 'alal falah
·
Qod qomatish sholah (2 kali), artinya "Salat akan
didirikan"
·
Allahu Akbar, Allahu Akbar
·
La ilaha illallah
Begitu subuh, aku mendatangi
Rasulullah
kemudian kuberitahu dia apa yang kumimpikan. Diapun
bersabda: "Sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar, insya Allah. Bangkitlah bersama
Bilal dan ajarkanlah kepadanya apa yang kau mimpikan agar diadzankannya
(diserukannya), karena sesungguhnya suaranya lebih lantang darimu." Ia
berkata: Maka aku bangkit bersama Bilal, lalu aku ajarkan kepadanya dan dia
yang berazan. Ia berkata: Hal tersebut terdengar oleh Umar bin al-Khaththab
ketika dia berada di rumahnya. Kemudian dia keluar dengan selendangnya yang
menjuntai. Dia berkata: "Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar,
sungguh aku telah memimpikan apa yang dimimpikannya." Kemudian Rasulullah
bersabda: "Maka bagi Allah-lah segala
puji."
Apabila mendengar
suara azan, disunahkan untuk menjawab azan tersebut sebagaimana yang diucapkan
oleh muazin,
kecuali apabila muazin mengucapkan: "Hayya alash-shalah", "Hayya
alal-falah", dan "Ashsalatu khairum minan-naum" (dalam azan
Subuh).
Apabila muazin
mengucapkan "Hayya alash-shalah" atau "Hayya alal-falah",
disunahkan menjawabnya dengan lafal "La haula wa la quwwata illa billahil
'aliyyil 'azhim" yang artinya "Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali
dengan pertolongan Allah". Apabila muazin mengucapkan "Ashsalatu
khairum minan-naum" dalam azan Subuh, disunahkan menjawabnya dengan lafal
"Shadaqta wa bararta wa ana 'ala dzalika minasy syahidin" yang
artinya "Benarlah engkau dan baguslah ucapanmu dan saya termasuk
orang-orang yang menyaksikan kebenaran itu".
Mari kita mendengar
Adzan, karena adzan sesungguhnya keindahan nada dan syairnya serta hikmah dan
niktmat yang terkandung didalamnya, di atas semua musik yang pernah ada dan
yang akan datang.
0 komentar:
Posting Komentar