Every person has the potential to grow and develop without limits

Rabu, 23 Maret 2016

Emisi Karbon Tertinggi dalam 66 Juta Tahun

Para peneliti menghitung, kini manusia telah memompa emisi karbon 10 kali lipat lebih cepat sejak kepunahan dinosaurus. Peneliti baru mengatakan, umat manusia memompa pemanasan hingga karbondioksida ke atmosefer 10 kali lebih cepat daripada setiap titik dalam 66 juta tahun lalu.

Dilansir the Guardian, Senin (21/3), laporan Badan Meteorologi Dunia (WMO) menunjukkan, dunia telah memasuki wilayah yang belum terpetakan dan konsekuensi untuk kehidupan di daratan dan lautan mungkin lebih parah daripada setiap waktu sejak kepunahan dinosaurus. baca disini

"Masa depan telah terjadi saat ini. Tingkat yang mengkhawatirkan kita lihat sekarang di perubahan iklim kita akibat dari emisi gas rumah kaca yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam catatan modern," ujar Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.

Para ilmuan memperingatkan, pemanasan global akan menimbulkan dampak yang parah, luas, dan tak dapat diubah terhadap orang maupun alam. Tetapi, penelitian terbaru menunjukkan emisi karbon belum pernah terjadi sebelumnya, artinya catatan geologi tak mampu membantu memprediksi dampak perubahan iklim saat ini. Para ilmuwan baru-baru ini mengungkapkan peringatan, salah satuny,a pada tingkat panas bulan pertama 2016.

Banyak peneliti berpikir dampak manusia di planet ini telah mendorong ke dalam era baru geologi yang dijuluki Anthropocene. Satwa liar kini telah punah di tingkat yang sama saat kepunahan massal terjadi.

"Hasil baru menunjukkan, tingkat emisi karbon saat ini belum pernah terjadi sebelumnya, pemanasan global paling ekstrem dari 66 juta tahun lalu," kata ahli geologi di Universitas Leuven di Belgia Peter Stassen.

Penelitian baru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience meneliti kejadian pada 56 juta tahun lalu percaya pelepasan emisi karbon ke atmosfer kali ini terbesar sejak kepunahan dinosaurus pada 66 juta tahun lalu. Palaeocene–Eocene Thermal Maximum (PETM) menunjukkan temperatur suhu meningkat lima derajat Celsius selama beberapa ribu tahun.

Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa perubahan iklim mungkin tidak menimbulkan suhu terus meningkat. Tetapi, menurut ilmuwan, hal lain seperti mencairnya semua es kutub utara atau pelepasan massal metana dari lapisan es bisa membawa perubahan jauh lebih tajam dan lebih berbahaya.

"Dalam mempelajari salah satu episode paling dramatis mengenai perubahan global sejak akhir zaman dinosaurus, ini menunjukkan kita di wilayah yang belum terpetakan mengenai tingkat karbon yang dilepas ke atmosfer maupun lautan," kata Candace Major dari National Science Foundation AS.

Sumber emisi karbon PETM dianggap berasal dari pelepasan metana beku di dasar  laut. Metana beku ini dilepas kemungkinan dari dorongan panas magma yang mendorong dan mencairkan kapur.

Oleh Gita Amanda, ed: Yeyen Rostiyani
Share:

Selasa, 22 Maret 2016

DEMO SOPIR TAKSI DAN FENOMENA “SHARING ECONOMY”

Karena sharing, maka menjadi murah. Selamat datang anak-anak muda pembaharu!
Mereka memang berbeda dengan orang-orang tua yang dibesarkan dalam peradapan “memiliki.” Orang-orang tua tahunya berbisnis itu harus membeli dan menguasai. Jadinya semua mahal. Mobil harus beli sendiri, tanah, gedung, pabrik, bahan baku, semua disatukan dengan nama pemilik yang jelas. baca disini
Akibatnya modal jadi besar. Mau buka mal urusannya banyak. Sedangkan generasi milenials cukup pergi ke dunia maya. Serahkan pada pada robot (digital technology), lalu berkumpullah para pemilik barang untuk membuka lapak di sana dan berbagi hasil.
Sama juga dengan membuka usaha transportasi. Yang mahal hanya ide, lalu buat aplikasinya. Siapapun yang punya kendaraan bisa bergabung, dan malam harinya kendaraan tersebut diparkir di rumah masing-masing. Tak perlu jasa keamanan atau pol taksi.
Akibatnya wajar, kalau sebagian generasi tua gagal paham menyaksikan ulah mereka yang memurahkan segala macam harga.
Kalau ini mewabah, gila! Indonesia bakal dilanda deflasi, bukan inflasi. Tapi kini mereka dituduh menerapkan strategi harga predator yang bisa diperkarakan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Ongkos taksi yang harusnya Rp 150.000, cuma dihargai Rp 70.000.
Kamar penginapan yang permalamnya Rp 1 Juta ditawarkan Rp 200.000. Apa betul ini persaingan tak wajar?
Belum lagi gadget, tiket, atau perabotan sehari-hari. Milenials bukan saja pribumi di dunia digital, melainkan juga sharing economy.
Kriminalisasi atau Legalisasi
Tapi gini ya, ini bukan prostitusi online yang bekerja sembunyi-sembunyi. Mereka hadir terang-terangan di depan mata kita. Bahkan kita sesekali mencicipinya. Tetapi sebagian orang sering menyamakan mereka dengan bisnis ilegal.
Persepsi ini diperburuk oleh ketidakmengertian kita tentang sharing economy yang gejalanya sudah marak dimana-mana. Kita bilang mereka menerapkan strategi “predatory pricing“. Kita juga bilang, aspek keamanan mereka tak terjamin.
Kedua isu itu sudah mereka diskusikan sejak 3 tahun yang lalu. Makanya mereka mengembangkan sistem komunal dan rating. Siapapun yang reputasinya buruk dari consumer experience,mereka drop dari komunitas berbagi itu. Sejarah hidup mereka di-review dari perilaku sehari-hari di dunia maya.
Maka, bagi para orang tua, cara kerja anak-anak muda ini sulit dipahami. Sebagian pengambil kebijakan dan para pelaku usaha lama yang sudah terikat dengan fixed cost yang besar, menuntut agar usaha mereka dihambat. Atau kata publik, dikriminalisasi. Ditangkap, dijebak, dibubarkan, diblokir, dan diusir dari republik ini.
Namun susahnya, dunia sharing ini adalah dunia yang tak mengenal batas-batas negara. Diusir dari sini, ia bisa dioperasikan dari luar negeri. Di luar negri, kriminalisasi, denda dan larangan sudah dilakukan berkali-kali, tetapi mereka kembali hidup lagi di tempat lain, bahkan dimodali Silicon Valley.
Saya sendiri memilih jalan perubahan. Anda tak akan mungkin melawan proses alamiah ini. Daripada terus bertengkar, lebih baik beradaptasi.
Sejak dulu, para ahli sudah mengingatkan, teknologi baru menuntut manusia-manusia berpikir dengan cara baru. Kata Peter Drucker, New Technology X Old Mindset hasilnya: Fail! Gagal! Jadi teknologi baru butuh mindset baru. Itu baru menjadi kesejahteraan.
Jadi, para pelaku usaha yang lama harus berubah seperti tukang-tukang ojek pangkalan yang kini sudah berjaket hijau atau biru.
Sebagian customer masih nyaman pakai taksi langganannya. Tetapi pasarnya tinggal sedikit. Tak sebesar dulu lagi. Nah sebagian lagi, harus disiapkan dengan platform baru: sharing economy. Dan ingat, sebentar lagi pemilik-pemilik hotel pun akan berdemo dan para pekerjanya menuntut airbnb.com,couchsurfing.com dan sejenisnya dibubarkan.
Harta-harta Yang Menganggur
Problem yang muncul dari peradaban owning economy adalah sampah menumpuk dimana-mana, karena semua manusia ingin memiliki sendiri-sendiri. Jalanan jadi super macet di seluruh dunia, air semakin kotor dan gap kaya-miskin begitu besar.
Semua ini disebabkan oleh tragedi kapitalisme yang menghargai penumpukan modal, hak-hak kekayaan individu “yang tak mau berbagi” secara adil dengan efek penguasaan aset-aset strategis.
Padahal dulu, orang-orang tua kita hidup dalam sistem berbagi. Mereka hidup di kampung dan bebas melintasi tanah milik orang lain atau tanah ulayat yang tak berpagar.
Suasananya berubah, begitu tanah-tanah itu dikuasai orang lain yang mampu mengubah status tanahnya. Mereka tak lagi berbagi bahkan untuk sekadar numpang lewat saja.
Peradaban owning economy membuat individu-individu tertentu cepat mengendus harta-harta strategis, dan memagarinya, walau untuk jangka waktu yang lama tak digunakan.
Akibatnya di abad 21 ini lebih dari 50 persen tanah-tanah itu menganggur. Termasuk lahan-lahan pertanian yang kelak akan dialihfungsikan. Maka ia hanya ditumbuhi ilalang dan dipagari tinggi. Para ekonom menyebut istilahnya sebagai underutilizedatau idle capacity. Boros, menganggur, tak produktif.
Pabrik-pabrik, perkebunan, vila mewah, mobil-mobil keren, semua dikuasai, tetapi belum tentu dipakai sebulan sekali oleh pemiliknya. Menjadi rumah hantu atau pajangan tak bermanfaat. Nice to have, only!
Sampailah muncul teknologi baru, dengan generasi perubahan. Bagi kaum muda sharing economy dianggap sebagai penyelamat planet ini dari keserakahan manusia. Mereka menggagas ideologi-ideologi praktis tentang kesempatan berbagi. Setelah kewirausahaan sosial, lalu sharing economy.
Mereka bilang, “buat apa membeli yang baru, kalau barang-barang yang lama saja masih bisa dipakai orang lain.” Maka jutaan barang-barang bekas yang ada di garasi dan gudang rumah dijual kembali via e-Bay, OLX atau Kaskus. Gila, piringan hitam zaman dulu hidup lagi. Velg-velg mobil yang sudah langka kini bisa ditemui.
Lalu mereka juga bilang, ”buat apa beli sepeda motor baru, kalau yang ada di masyarakat bisa dijajakan oleh pemilik- pemiliknya.“ Itu menjadi Gojek dan Uber.
Setelah itu kebun-kebun yang menganggur ditawarkan kepada anak-anak muda yang mau bertani, hasilnya mereka bantu jualkan langsung ke konsumen via igrow.com. Lalu pemilik-pemilik rumah-rumah atau satu-dua kamar yang kosong ditawarkan melalui . Bahkan ada tuan rumah yang menawarkan jasa plus sebagai guide buat jalan-jalan. Persis seperti menginap di rumah paman.
Di Prancis ada komunitas yang menawarkan mesin cuci pakaian, bahkan juga mesin cuci piring. Di Indonesia, ada yang menawarkan jasa pijet, yang pesertanya bahkan ada lulusan D3 fisioterapi untuk merawat pasien stroke. Prinsipnya, lebih baik jadi uang daripada rusak tak terawat; lebih baik murah tapi terpakai penuh ketimbang underutilized.
Ketika Sharing Economy menjadi gejala ekonomi yang marak, maka gelombang ini akan terjadi: Deflasi karena harga-harga akan turun, ledakan pariwisata dalam jumlah yang tak terduga karena banyak pilihan menginap yang murah, aset-aset milik masyarakat yang mengganggur menjadi produktif, dan kerusakan alam lebih terjaga.
Sebaliknya, ia juga menimbulkan dampak-dampak negatif: Pengangguran bagi yang tak lolos dalam seleksi alam (persaingan) dengan business model baru ini, kerugian-kerugian besar dari sektor-sektor usaha konvensional yang konsumennya shifting (berpindah), dan kriminalisasi oleh para penegak hukum atau pembuat kebijakan yang terlambat mengatur.
Sekarang negara punya dua pilihan. Pertama, tetap hidup dalamowning economy, dengan risiko pasar yang besar ini menjadiilegal economy dengan operator pengendali dari luar Indonesia.
Kedua, melegalkan sharing Economy dan mendorong pelaku-pelaku lama menyesuaikan diri.

Silahkan direnungkan!

Rhenald Kasali
Founder Rumah Perubahan
Share:

SELAMAT DATANG SHARING ECONOMY

Senin (14/3) lalu kawasan Balai Kota DKI Jakarta, Istana Negara, dan kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika diserbu ribuan pengemudi taksi.
Mereka berdemo menolak kehadiran taksi yang berbasis aplikasi online. Anda pasti bisa dengan mudah menerka penyebabnya. Iya, penghasilan mereka terpangkas akibat hadirnya taksi berbasis aplikasi. Bahkan sebetulnya bukan hanya taksi itu yang membuat penumpang berpindah. Ojek online merebut sebagian pasar taksi konvensional. Baca disini
Mereka mengeluh, utang setoran ke perusahaan terus bertambah. Padahal, uang yang dibawa pulang untuk makan anak-istri makin turun. Kita tentu prihatin dengan kenyataan tersebut. Apalagi jumlah pengemudi angkutan umum ini tidak sedikit. Seluruhnya bisa mencapai 170.000-an. Sampai di sini Anda mungkin bergumam: mengapa mereka tidak berubah saja? Ke mana para eksekutifnya? Mengapa mereka membiarkan pasarnya digerus para pelaku bisnis online tanpa berupaya melakukan perubahan internal? Tentu semua ini tak akan mudah.
Sampai di sini adagium perubahan kembali berbunyi: kalau rasa sakit manusia itu belum melebihi rasa takutnya, rasanya belum tentu mereka mau berubah. Maaf, pesan ini berlaku buat kita semua, baik yang sedang duka maupun yang masih gembira. Tapi, supaya fair, kita juga mesti melihatnya dari sisi yang lain, yakni pengemudi taksi berbasis aplikasi dan ojek online .
Mereka juga tengah mencari penghasilan untuk mencukupi kebutuhan anak istrinya. Lalu, pelanggannya juga senang memakai taksi berbasis aplikasi karena serasa naik mobil pribadi dan tarifnya pun murah. Begitu selesai langsung turun. Praktis. Tak pakai bayar-bayaran tunai. Bisnis taksi berbasis aplikasi ini juga punya pesaing. Anda bisa klik www.nebeng.com. Iniaplikasi yang juga mempertemukan pemilik kendaraan pribadi dengan mereka yang membutuhkan angkutan ke arah yang sama.
Tarifnya tak kalah bersaing. Misalnya tarif dari Perumahan Vila Nusa Indah di Bekasi ke Jakarta hanya Rp15.000 sekali jalan. Murah! Para pemilik kendaraan yang rela “ditebengi” ini juga ikut andil dalam mengurangi kemacetan di Jakarta. Ketimbang setiap orang naik mobil pribadi, lebih satu mobil dipakai bersama-sama dengan cara nebeng. Jumlah mobil yang masuk ke Jakarta jadi lebih sedikit.
Pertarungan Business Model 
Tapi, mari kita bahas soal perseteruan taksi konvensional vs taksi berbasis aplikasi. Hadirnya taksi berbasis aplikasi, menurut saya, adalah penanda datangnya era crowd business. Apa itu crowd business? Sederhana. Ini bisnis yang kalau Anda mencoba mencari polanya bakal pusing sendiri. Sebab serba tidak jelas. Misalnya, tidak jelas batasan antara produsen dan konsumen. Juga, tidak jelas kreditor dengan debitor.
Siapapun bisa menjadi pemasok Anda, tetapi sekaligus menjadi konsumen Anda. Crowd business kian kencang berputar akibat kemajuan teknologi informasi— yang terutama membuat arus informasi mengalir deras dan sekaligus memangkas biaya-biaya transaksi. Dulu kalau kita mau mencari suatu barang mesti menghabiskan waktu, tenaga dan uang. Kita datang ke beberapa toko, melihat barang, membandingkan harganya, dan melakukan tawar-menawar.
Kalau setuju, baru kita membayar. Kini tidak perlu lagi. Kita cukup berselancar di dunia maya, mencari barang dan membandingkannya, memilih, memesan, lalu membayar. Semuanya bisa dilakukan tanpa kita harus beranjak dari kursi dan dengan biaya nyaris nol. Itu pula yang terjadi dalam perseteruan antara bisnis taksi konvensional vs taksi berbasis aplikasi.
Di bisnis taksi konvensional, kita bukan hanya harus membayar jasa angkutannya, tetapi secara tidak langsung juga mesti menanggung biaya kredit mobilnya, gaji pegawai perusahaan taksinya, biaya listrik dan AC, dan sebagainya. Di bisnis taksi berbasis aplikasi, kita tidak ikut menanggung biaya-biaya tersebut. Jadi, tak mengherankan kalau tarifnya bisa lebih murah. Kolega saya pernah membandingkan.
Untuk rute Cakung ke Halim Perdanakusuma yang samasama di Jakarta Timur, dengan taksi konvensional tarifnya Rp105.000, sementara dengan taksi berbasis aplikasi hanya Rp55.000. Ini jelas pilihan yang mudah buat calon konsumen. Switching cost dalam industri ini amat rendah. Maka terjadilah downshifting. Lalu, bagaimana yang satu bisa lebih mahal ketimbang yang lain? Ini adalah persoalan model bisnis.
Analoginya mirip bisnis penerbangan full service dengan low cost carrier (LCC). LCC mendesain model bisnisnya dengan memangkas berbagai biaya, sehingga tarifnya menjadi lebih murah ketimbang maskapai penerbangan yang full service. Model bisnis inilah yang membuat bisnis taksi era lama bakal segera usang.
Pesaingnya bukan sesama bisnis taksi, melainkan para pembuat aplikasi yang mempertemukan para pemilik mobil pribadi dengan calon konsumen yang membutuhkan jasa angkutan. Selamat datang di peradaban sharing economy. Efisiensi menjadi kenyataan karena kita saling mendayagunakan segala kepemilikan yang tadinya idle dari owning economy.
Berdamai, bukan Menentang 
Kasus serupa bisnis taksi bakal kita jumpai dalam bisnis-bisnis yang lain. Di luar negeri, pangsa pasar bisnis perbankan mulai terganggu oleh hadirnya perusahaan-perusahaan crowd funding. Anda bisa cek ini di www. l e n d i n g c l u b . com. Perusahaan ini mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit ke masyarakat.
Bedanya, proses mendapatkan kreditnya jauh lebih simpel ketimbang perbankan, dan suku bunganya pun lebih murah. Di Indonesia, bisnis ala lending club sudah ada. Anda bisa cek website-nya di www.gandengtangan.org. Memang untuk sementara bisnis yang didanai masih untuk usaha skala UMKM dan social enterprise. Tapi, siapa tahu ke depannya bakal melebar ke mana-mana Di luar negeri, ada www.airbnb.com yang mempertemukan para pemilik rumah pribadi yang ingin menyewakan rumahnya dengan orang-orang yang mencari penginapan.
Soal tarif, jelas lebih murah ketimbang hotel. Lalu, ada juga aplikasi yang mempertemukan para pemilik mobil pribadi dengan calon konsumen angkutan darat. Namanya Lyft. Hadirnya aplikasi ini membuat bisnis taksi tersaingi. Begitulah, kita tak bisa membendung teknologi. Ia akan hadir untuk menghancurkan bisnisbisnis yang sudah mapan—yang tak bisa beradaptasi dengan perubahan.
Persis kata Charles Darwin, bukanyangterkuatyang akan bertahan, tetapi yang mampu beradaptasi dengan perubahan. Maka, kita harus berdamai dengan perubahan. Bagaimana caranya? Di luar negeri, para pengelola chain hotel berdamai dengan kompetitornya, para pemilik rumah yang siap disewakan melalui jasa www.airbnb.com . Caranya, mereka menjadi pengelola dari rumah-rumah yang bakal disewakan tersebut sehingga ruangan dan layanannya memiliki standar ala hotel.
Belum lama ini saya menikmatinya di sebuah desa di Spanyol Selatan, dan saya puas. Kasus serupa menimpa Lego, perusahaan mainan anak, yang terancam bangkrut pada awal 1990-an. Hadirnya video games membuat anak-anak kita tak berminat lagi dengan batu bata mainan buatan Lego. Namun, perusahaan itu mampu bangkit lagi dengan mengandalkan inovasi dari orangorang di luar perusahaan, atau crowd sourcing.
Mereka semua belajar dari model bisnis Kick Starter yang fenomenal. Lego tak melawan perubahan, tetapi berdamai. Saya tidak punya resep khusus bagaimana caranya setiap perusahaan mesti menghadapi perubahan. Intinya jangan menentang. Berdamailah dengan perubahan.
Demikian juga pesan saya kepada bapak Presiden, Menteri Perhubungan, Gubernur DKI, dan Menteri Kominfo. Kita butuh cara baru yang berdamaidenganperubahan. Maka, kita semua akan selamat.

Rhenald Kasali

Founder Rumah Perubahan
Share:

Minggu, 20 Maret 2016

Leicester City Sudah Juara

Pemandangan langka tersaji di Stadion Etihad ketika Manchester City menjamu Leicester City, 6 Februari lalu. Dua kali bek Robert Huth membobol gawang Joe Hart. Itu dongeng tersendiri. Sebelumnya, hanya sekali Huth mencetak dua gol dalam satu laga. Itu pun sudah lima tahun berlalu, yakni ketika Stoke City menang 3-2 atas Sunderland pada 5 Februari 2011. baca disini

Dua gol yang membawa Leicester menang 3-1 atas Man. City itu membuat Huth dielu-elukan. Bahkan, di laman Wikipedia, seseorang dengan bombastis menulis, "Dia menjadi pahlawan daerah bagi Leicester ketika mencetak gol saat melawan Manchester City dan membawa mereka menjuarai Premier League." Padahal, kemenangan atas Man. City hanya membawa The Foxes unggul lima poin dari Tottenham Hotspur dan Arsenal.

        Pemain Leicester City merayakan gol yang dicetak Robert Huth ke gawang Manchester City dalam lanjutan Liga Inggris di Stadion Etihad, Manchester, Sabtu (6/2/2016) malam WIB. (AFP/Oli Scarff). Bagi Huth, itu pengalaman luar biasa. Setahun sebelumnya, dia hanyalah pemain buangan. Oleh manajer Stoke, Mark Hughes, dia dipinjamkan ke Leicester yang tengah berada di dasar klasemen. Hughes berdalih, itu dilakukan agar Huth mendapatkan lebih banyak kesempatan bermain. 

        Peminjaman tersebut jelas langkah mundur dalam karier Huth yang berstatus pilar penting selama era manajer Tony Pulis sekaligus pemain kesayangan para fans The Potters. Tetapi, seperti kata pepatah, mundur satu langkah untuk melompat dua langkah ke depan adalah lebih baik ketimbang tidak melangkah sama sekali dan berpasrah diri. Seperti diharapkan Hughes, Huth tampil ciamik di Leicester. Kehadirannya di jantung pertahanan diyakini menjadi faktor penting dalam keberhasilan The Foxes menghindari degradasi. Anehnya, prestasi apik itu tak lantas membuat Huth dipanggil pulang oleh Hughes. Saat musim berganti, dia malah dilepas secara permanen dengan tebusan uang 3 juta pounds.

Pemain Leicester City, Robert Huth, merayakan gol ketiga yang dicetaknya ke gawang Manchester City dalam lanjutan Liga Inggris di Stadion Etihad, Manchester, Sabtu (6/2/2016) malam WIB. (AFP/Adrian Dennis)Jalan nasib Huth ternyata lebih baik. Dia menjadi elemen penting dalam perjalanan Leicester melakoni dongeng istimewa, mengobrak-abrik peta persaingan juara Premier League.

Dari kandidat tim degradasi pada musim lalu, kini The Foxes jadi kandidat juara. Sementara itu, Stoke tetap hanya berkutat di papan tengah dan bawah. Posisi terbaik Ryan Shawcross cs hanyalah berada di tangga ketujuh pada pekan ke-21 dan 22.

Kiprah Leicester memang bak dongeng. Sejak awal, mereka diprediksi akan menjalani nasib seperti musim lalu. Bahkan, ketika The Foxes menunjukkan geliat luar biasa, tak begitu saja publik berubah pikiran. Sulit, memang sungguh sulit untuk begitu saja meyakini sebuah klub semenjana akan menjuarai sebuah liga. Berada di papan atas dalam jangka waktu lama, bahkan memuncaki klasemen sekalipun, tak lantas menumbuhkan keyakinan di benak banyak orang. Kegemilangan sebuah klub semenjana seringkali hanya fenomena sesaat, intermeso belaka.

        Padahal, sebenarnya, tak sedikit orang yang menyukai dongeng Leicester musim ini. Itu karena setiap orang sesungguhnya masih menyimpan sisi kanak-kanaknya yang antara lain menyukai cerita dongeng. Bukankah hampir semua orang, setidaknya saat kecil, menyukai kisah-kisah tentang peri, liliput, putri jelita, dan pangeran tampan? Musim ini, keyakinan publik sepak bola terhadap kans The Foxes menjuarai Premier League baru tumbuh setelah kemenangan impresif atas Man. city pada laga pekan ke-25 tersebut.
 

        Lihat saja jajak pendapat online yang dilakukan The Telegraph. Hingga Kamis (11/2/2016) pukul 09.35 WIB, dari 15.787 suara, 72% sepakat Leicester akan mengangkat trofi juara pada akhir musim nanti. Persentase lebih tinggi, 75%, muncul dalam jajak pendapat online Mirror. Sementara itu, lima dari delapan penulis khusus sepak bola The Guardian kini tak ragu menjagokan Huth cs.

        Keyakinan serupa kian tumbuh di benak Claudio Ranieri, sang manajer. “Juara? Ada banyak tim super di sini. Tapi, kami akan mencoba. Mengapa tidak?” kata dia seperti dikutip harian Corriere dello Sport. Lebih lanjut, dia berujar, “Ini adalah tahun terbaik untuk juara. Tahun depan, kami mungkin hanya akan berada di papan tengah. Mungkin di posisi ke-10.”

       
Ranieri benar. Bagi klub semenjana macam Leicester, kesempatan menjuarai Premier League adalah hal langka. Maka dari itu, bila datang, kesempatan tersebut harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Maklum saja, kerap kali tak ada kesempatan kedua. It's now or never. Sekarang atau tidak akan pernah sama sekali.

Juara bukanlah harapan hampa bagi Leicester. Berada di puncak klasemen pada pekan ke-25 adalah modal sangat berharga. Pada era Premier League, sejak 1992-93, 17 perebut trofi adalah tim yang memimpin klasemen pada pekan ke-25. Anomali hanya terjadi enam kali. Artinya, Leicester kini menggenggam kans juara sebesar 73,91%.

        Bagi Ranieri, memuncaki klasemen saat memasuki Februari juga hal baru. Sebelumnya, dia paling banter hanya berada di posisi kedua. Itu saat dia menangani Fiorentina pada 1995-96, Valencia (1998-99), Juventus (2008-09), dan AS Monaco (2013-14). Berada di puncak klasemen membuat Ranieri tak perlu dihantui kegagalan masa lalu yang membuatnya dicap sebagai Mr. Runners-up. Dia bisa yakin akhir dongeng kali ini akan berbeda.

        Lalu, keunggulan lima angka atas pesaing terdekat punya arti tersendiri. Sebelumnya, ada 13 tim yang memimpin klasemen dengan keunggulan setidaknya lima angka setelah 25 pekan berlalu. Hasilnya, sepuluh tim tampil sebagai juara.

        Hal terpenting, The Foxes tidak berubah sikap. Meski optimistis, mereka tak lantas jemawa. Seperti pada awal musim, Ranieri tetap menanamkan kewaspadaan. Baginya, setiap laga adalah final. “Kami menatap setiap pertandingan sebagai laga pamungkas,” tegas pria asal Italia itu. Sangat penting bagi Leicester untuk tetap bermain tanpa beban. Di sanalah terletak die Freude am Fussball 'kegembiraan dalam sepak bola' mereka. Sejak datang pada awal musim ini, Ranieri memandang penting unsur yang satu ini.

        Eks manajer Chelsea tersebut coba membuat segalanya lebih ringan dan masuk akal. Dia tak terlalu sering berbicara soal taktik karena tahu persis, tak seperti di Italia, para pemain di Inggris tak menyukai hal itu.
Lalu, Ranieri pun membuat pola latihan yang lebih nyaman. Hanya pada Selasa dan Kamis mereka berlatih keras, sementara pada Minggu dan Rabu justru libur.

Dalam pandangan Ranieri, dua hari libur itu sangat penting dalam menjaga periodisasi pemain di tengah jadwal padat. Soal porsi makanan yang dilahap para pemain, Ranieri juga tak ambil pusing. Dia memaklumi hal itu karena beratnya kerja yang mereka lakukan di lapangan. Satu-satunya hal yang dituntut Ranieri adalah totalitas. Dia meminta semua pemain bekerja keras. Di lapangan, itu diwujudkan dalam permainan yang penuh tenaga dan komitmen tinggi.

Secara khusus, The Foxes sangat kuat dalam duel. Itu tercermin dari jumlah tackle, blok, cegatan, dan duel satu lawan satu yang tinggi. Secara tidak langsung, armada Ranieri mengusung prinsip "Jika memenangi tackle, Anda memenangi laga."

        Terlepas dari hasil yang diperoleh pada akhir musim nanti, dengan dongeng yang dibuatnya, Leicester sudah juara. Mereka sudah merebut hati banyak orang. Mereka juga, seperti dikatakan Ranieri, telah memberikan harapan bagi semua orang bahwa uang bukanlah segalanya di sepak bola. Siapa pun bisa membuat dongeng dan berprestasi tinggi tanpa harus berkocek tebal
.

ASEP GINANJAR*

*Penulis adalah pemerhati sepak bola dan kerap menjadi komentator di beberapa stasiun televisi nasional. Penulis juga pernah jadi jurnalis di tabloid Soccer.



Share:

Jumat, 11 Maret 2016

Tuan Guru dengan Masa Depan yang Panjang

INILAH gubernur yang berani mengkritik pers. Secara terbuka. Di puncak acara Hari Pers Nasional (HPN) pula. Di depan hampir semua tokoh pers se-Indonesia. Pun, di depan Presiden Jokowi segala. Di Lombok. Tanggal 9 Februari lalu.
Inilah gubernur yang kalau mengkritik tidak membuat sasarannya terluka. Bahkan tertawa-tawa. Saking mengenanya.
Dan lucunya. ”Yang akan saya ceritakan ini tidak terjadi di Indonesia,” kata sang gubernur. ”Ini di Mesir.”
Sang gubernur memang pernah bertahun-tahun bersekolah di Mesir. Di universitas paling hebat di sana: Al Azhar. Bukan hanya paling hebat, tapi juga salah satu yang tertua di dunia.
Dari Al Azhar pula, sang gubernur meraih gelar doktor. Untuk ilmu yang sangat sulit: tafsir Alquran. Inilah satu-satunya kepala pemerintahan di Indonesia yang hafal Alquran. Dengan artinya, dengan maknanya, dan dengan tafsirnya.
Mesir memang mirip dengan Indonesia. Di bidang politik. Dan persnya. Pernah lama diperintah secara otoriter. Lalu, terjadi reformasi. Bedanya: Demokrasi di Indonesia mengarah ke berhasil. Di Mesir masih sulit ditafsirkan.
”Di zaman otoriter dulu,” ujar sang gubernur di depan peserta puncak peringatan Hari Pers Nasional itu, ”tidak ada orang yang percaya berita koran.” Gubernur sepertinya ingin mengingatkan berita koran di Indonesia pada zaman Presiden Soeharto. Sama. Tidak bisa dipercaya. Semua berita harus sesuai dengan kehendak penguasa.
”Satu-satunya berita yang masih bisa dipercaya hanyalah berita yang dimuat di halaman 10,” ujar sang gubernur.
Di halaman 10 itulah, kata dia, dimuat iklan dukacita. Gerrrrrrr. Semua hadirin tertawa. Termasuk Presiden Jokowi. Tepuk tangan pun membahana.
Bagaimana setelah reformasi, ketika pers menjadi terlalu bebas? ”Masyarakat Mesir malah lebih tidak percaya,” katanya. ”Semua berita memihak,” tambahnya. ”Halaman 10 pun tidak lagi dipercaya,” guraunya.
Meski hadirin terbahak lebih lebar, sang gubernur masih perlu klarifikasi. ”Ini bukan di Indonesia lho, ini di Mesir,” katanya. Hadirin pun kian terpingkal. Semua mafhum. Ini bukan di Mesir. Ini di Indonesia. Juga.
Saya mengenal banyak gubernur yang amat santun. Semua gubernur di Papua termasuk yang sangat santun. Yang dulu maupun sekarang. Tapi, gubernur yang baru mengkritik pers itu luar biasa santun. Itulah gubernur Nusa Tenggara Barat: Tuan Guru Dr KH Zainul Majdi. Lebih akrab disebut Tuan Guru Bajang.
Gelar Tuan Guru di depan namanya mencerminkan bahwa dirinya bukan orang biasa. Dia ulama besar. Tokoh agama paling terhormat di Lombok. Sejak dari kakeknya. Sang kakek punya nama selangit. Termasuk langit Arab: Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid.
Di Makkah, sang kakek dihormati sebagai ulama besar. Buku-bukunya terbit dalam bahasa Arab. Banyak sekali. Di Mesir. Juga di Lebanon. Jadi pegangan bagi orang yang belajar agama di Makkah.
Sang kakek adalah pendiri organisasi keagamaan terbesar di Lombok: Nahdlatul Wathan (NW). Setengah penduduk Lombok adalah warga NW.
Di Lombok, tidak ada NU. NU-nya ya NW ini. Kini sang cuculah yang menjadi pimpinan puncak NW. Dengan ribuan madrasah di bawahnya.
Maka, pada zaman demokrasi ini, dengan mudah Tuan Guru Bajang terpilih menjadi anggota DPR. Semula dari Partai Bulan Bintang. Lalu dari Partai Demokrat. Dengan mudah pula dia terpilih menjadi gubernur NTB. Dan terpilih lagi. Untuk periode kedua sekarang ini.
Selama karirnya itu, Tuan Guru Bajang memiliki track record yang komplet. Ulama sekaligus umara. Ahli agama, intelektual, legislator, birokrat, dan sosok santun. Tutur bahasanya terstruktur. Pidatonya selalu berisi. Jalan pikirannya runtut.
Kelebihan lain: masih muda, 43 tahun. Ganteng. Berkulit jernih.
Wajah berseri. Murah senyum. Masa depannya masih panjang.
Pemahamannya pada rakyat bawah nyaris sempurna.
”Bapak Presiden,” katanya di forum tersebut, ”saya mendengar pemerintah melalui Bulog akan membeli jagung impor 300.000 ton dengan harga Rp 3.000 per kg.”
Lalu, ini inti pemikirannya: Kalau saja pemerintah mau membeli jagung hasil petani NTB dengan harga Rp 3.000 per kg, alangkah sejahtera petani NTB. Selama ini, harga jagung petani di pusat produksi jagung Dompu, Sumbawa, NTB, hanya Rp 2.000 sampai Rp 2.500 per kg.
Sang gubernur kelihatannya menguasai ilmu mantiq. Pelajaran penting waktu saya bersekolah di madrasah dulu. Pemahamannya akan pentingnya pariwisata juga tidak kalah.
”Lombok ini memiliki apa yang dimiliki Bali, tapi Bali tidak memiliki apa yang dimiliki Lombok,” moto barunya. Memang segala adat Bali dipraktikkan oleh masyarakat Hindu yang tinggal di Lombok Barat.
Demikian juga pemahamannya tentang vitalnya infrastruktur. Dia membangun by pass di Lombok. Juga di Sumbawa.
Dia rencanakan pula by pass baru jalur selatan. Kini sang gubernur lagi merancang berdirinya kota baru. Kota internasional. Di Lombok Utara.
Sebagai gubernur, Tuan Guru Bajang sangat mampu. Dan modern. Sebagai ulama, Tuan Guru Bajang sulit diungguli. Inikah sejarah baru? Lahirnya ulama dengan pemahaman Indonesia yang seutuhnya? (*)
* Dahlan Iskan

Share:

Selasa, 08 Maret 2016

Sholat Gerhana

Tata Cara Shalat Gerhana



Bagaimana tata cara shalat gerhana?
Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berselisih mengenai tata caranya.
Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan
setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud. Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1: 435-437)
Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah kami sebutkan:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at. (HR. Muslim no. 901)
“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.” (HR. Bukhari, no. 1044)
Ringkasnya, tata cara shalat gerhana -sama seperti shalat biasa dan bacaannya pun sama-, urutannya sebagai berikut.
[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
[4] Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’
[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
[8] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
[11] Tasyahud.
[12] Salam.
[13] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. (Lihat Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1: 438)
Semoga bermanfaat.
Selesai disusun ulang pada 13 Dzulhijjah 1435 H di Darush Sholihin
Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

Share:

Senin, 07 Maret 2016

ADZAN

Azan (ejaan KBBI) atau adzan (Arab: أذان) merupakan panggilan bagi umat Islam untuk memberitahu masuknya salat fardu. Dikumandangkan oleh seorang muadzin setiap salat lima waktu.
Lafal azan terdiri dari tujuh bagian:
1.   Allahu Akbar, Allahu Akbar (2 kali)
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"
2.   Asyhadu alla ilaha illallah (2 kali)
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah"
3.   Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2 kali)
"Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah"
4.   Hayya 'alash sholah (2 kali)
"Mari menunaikan salat"
5.   Hayya 'alal falah (2 kali)
"Mari meraih kemenangan"
6.   Ashsalatu khairum minan naum (2 kali)
"Salat itu lebih baik daripada tidur" (hanya diucapkan dalam azan Subuh)
7.   Allahu Akbar, Allahu Akbar (1 kali)
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"
8.   Lailaha ilallah (1 kali)
"Tiada Tuhan selain Allah"

Azan mulai disyariatkan pada tahun kedua Hijriah. Mulanya, pada suatu hari Nabi Muhammad   mengumpulkan para sahabat untuk memusyawarahkan bagaimana cara memberitahu masuknya waktu salat dam mengajak orang ramai agar berkumpul ke masjiduntuk melakukan salat berjamaah.
Di dalam musyawarah itu ada beberapa usulan. Ada yang mengusulkan supaya dikibarkan bendera sebagai tanda waktu salat telah masuk. Apabila benderanya telah berkibar, hendaklah orang yang melihatnya memberitahu kepada umum. Ada juga yang mengusulkan supaya ditiup trompet seperti yang biasa dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi.
Ada lagi yang mengusulkan supaya dibunyikan lonceng seperti yang biasa dilakukan oleh orang Nasrani. Ada seorang sahabat yang menyarankan bahwa manakala waktu salat tiba, maka segera dinyalakan api pada tempat yang tinggi di mana orang-orang bisa dengan mudah melihat ke tempat itu, atau setidaknya, asapnya bisa dilihat orang walaupun berada di tempat yang jauh. Yang melihat api itu, hendaklah datang menghadiri salat berjamaah.
Semua usulan yang diajukan itu ditolak oleh Nabi. Tetapi, dia menukar lafal itu dengan assalatu jami’ah (marilah salat berjamaah). (KYP3095) Lantas, ada usul dari Umar bin Khattab jika ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim untuk salat pada setiap masuknya waktu salat. Kemudian saran ini bisa diterima oleh semua orang dan Nabi Muhammad   juga menyetujuinya.
Lafal azan tersebut diperoleh dari hadis tentang asal muasal adzan dan iqamah :
“ Abu Dawud mengisahkan bahwa Abdullah bin abbas berkata sebagai berikut: "Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk salat dimusyawarahkan, suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya, "apakah ia bermaksud akan menjual lonceng itu? Jika memang begitu, aku memintanya untuk menjual kepadaku saja". Orang tersebut justru bertanya," Untuk apa?" Aku menjawabnya, "Bahwa dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan salat". Orang itu berkata lagi, "Maukah kamu kuajari cara yang lebih baik? Dan aku menjawab, "ya" dan dia berkata lagi dengan suara yang amat lantang:
·         Allahu Akbar Allahu Akbar
·         Asyhadu alla ilaha illallah
·         Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
·         Hayya 'alash sholah (2 kali)
·         Hayya 'alal falah (2 kali)
·         Allahu Akbar Allahu Akbar
·         La ilaha illallah

  Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Nabi Muhammad  , dan menceritakan perihal mimpi itu kepadanya, kemudian Nabi Muhammad  , berkata, "Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah disamping Bilal dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan seperti itu dan dia memiliki suara yang amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama Bilal." Rupanya, mimpi serupa dialami pula oleh Umar. Ia juga menceritakannya kepada Nabi Muhammad  .

  Setelah lelaki yang membawa lonceng itu melafalkan azan, dia diam sejenak, lalu berkata: "Kau katakan jika salat akan didirikan:
·         Allahu Akbar, Allahu Akbar
·         Asyhadu alla ilaha illallah
·         Asyhadu anna Muhammadarrasullulah
·         Hayya 'alash sholah
·         Hayya 'alal falah
·         Qod qomatish sholah (2 kali), artinya "Salat akan didirikan"
·         Allahu Akbar, Allahu Akbar
·         La ilaha illallah

  Begitu subuh, aku mendatangi Rasulullah   kemudian kuberitahu dia apa yang kumimpikan. Diapun bersabda: "Sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar, insya Allah. Bangkitlah bersama Bilal dan ajarkanlah kepadanya apa yang kau mimpikan agar diadzankannya (diserukannya), karena sesungguhnya suaranya lebih lantang darimu." Ia berkata: Maka aku bangkit bersama Bilal, lalu aku ajarkan kepadanya dan dia yang berazan. Ia berkata: Hal tersebut terdengar oleh Umar bin al-Khaththab ketika dia berada di rumahnya. Kemudian dia keluar dengan selendangnya yang menjuntai. Dia berkata: "Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar, sungguh aku telah memimpikan apa yang dimimpikannya." Kemudian Rasulullah   bersabda: "Maka bagi Allah-lah segala puji."
Kejadian dalam hadits tersebut terjadi di Madinah pada tahun pertama Hijriah atau 622 M.
Apabila mendengar suara azan, disunahkan untuk menjawab azan tersebut sebagaimana yang diucapkan oleh muazin, kecuali apabila muazin mengucapkan: "Hayya alash-shalah", "Hayya alal-falah", dan "Ashsalatu khairum minan-naum" (dalam azan Subuh).
Apabila muazin mengucapkan "Hayya alash-shalah" atau "Hayya alal-falah", disunahkan menjawabnya dengan lafal "La haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhim" yang artinya "Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah". Apabila muazin mengucapkan "Ashsalatu khairum minan-naum" dalam azan Subuh, disunahkan menjawabnya dengan lafal "Shadaqta wa bararta wa ana 'ala dzalika minasy syahidin" yang artinya "Benarlah engkau dan baguslah ucapanmu dan saya termasuk orang-orang yang menyaksikan kebenaran itu".
Mari kita mendengar Adzan, karena adzan sesungguhnya keindahan nada dan syairnya serta hikmah dan niktmat yang terkandung didalamnya, di atas semua musik yang pernah ada dan yang akan datang.



Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates