Para peneliti menghitung, kini manusia telah memompa emisi karbon 10 kali lipat lebih cepat sejak kepunahan dinosaurus. Peneliti baru mengatakan, umat manusia memompa pemanasan hingga karbondioksida ke atmosefer 10 kali lebih cepat daripada setiap titik dalam 66 juta tahun lalu.
Dilansir the Guardian, Senin (21/3), laporan Badan Meteorologi Dunia (WMO) menunjukkan, dunia telah memasuki wilayah yang belum terpetakan dan konsekuensi untuk kehidupan di daratan dan lautan mungkin lebih parah daripada setiap waktu sejak kepunahan dinosaurus. baca disini
"Masa depan telah terjadi saat ini. Tingkat yang mengkhawatirkan kita lihat sekarang di perubahan iklim kita akibat dari emisi gas rumah kaca yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam catatan modern," ujar Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.
Para ilmuan memperingatkan, pemanasan global akan menimbulkan dampak yang parah, luas, dan tak dapat diubah terhadap orang maupun alam. Tetapi, penelitian terbaru menunjukkan emisi karbon belum pernah terjadi sebelumnya, artinya catatan geologi tak mampu membantu memprediksi dampak perubahan iklim saat ini. Para ilmuwan baru-baru ini mengungkapkan peringatan, salah satuny,a pada tingkat panas bulan pertama 2016.
Banyak peneliti berpikir dampak manusia di planet ini telah mendorong ke dalam era baru geologi yang dijuluki Anthropocene. Satwa liar kini telah punah di tingkat yang sama saat kepunahan massal terjadi.
"Hasil baru menunjukkan, tingkat emisi karbon saat ini belum pernah terjadi sebelumnya, pemanasan global paling ekstrem dari 66 juta tahun lalu," kata ahli geologi di Universitas Leuven di Belgia Peter Stassen.
Penelitian baru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience meneliti kejadian pada 56 juta tahun lalu percaya pelepasan emisi karbon ke atmosfer kali ini terbesar sejak kepunahan dinosaurus pada 66 juta tahun lalu. Palaeocene–Eocene Thermal Maximum (PETM) menunjukkan temperatur suhu meningkat lima derajat Celsius selama beberapa ribu tahun.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa perubahan iklim mungkin tidak menimbulkan suhu terus meningkat. Tetapi, menurut ilmuwan, hal lain seperti mencairnya semua es kutub utara atau pelepasan massal metana dari lapisan es bisa membawa perubahan jauh lebih tajam dan lebih berbahaya.
"Dalam mempelajari salah satu episode paling dramatis mengenai perubahan global sejak akhir zaman dinosaurus, ini menunjukkan kita di wilayah yang belum terpetakan mengenai tingkat karbon yang dilepas ke atmosfer maupun lautan," kata Candace Major dari National Science Foundation AS.
Sumber emisi karbon PETM dianggap berasal dari pelepasan metana beku di dasar laut. Metana beku ini dilepas kemungkinan dari dorongan panas magma yang mendorong dan mencairkan kapur.
Oleh Gita Amanda, ed: Yeyen Rostiyani
Dilansir the Guardian, Senin (21/3), laporan Badan Meteorologi Dunia (WMO) menunjukkan, dunia telah memasuki wilayah yang belum terpetakan dan konsekuensi untuk kehidupan di daratan dan lautan mungkin lebih parah daripada setiap waktu sejak kepunahan dinosaurus. baca disini
"Masa depan telah terjadi saat ini. Tingkat yang mengkhawatirkan kita lihat sekarang di perubahan iklim kita akibat dari emisi gas rumah kaca yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam catatan modern," ujar Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.
Para ilmuan memperingatkan, pemanasan global akan menimbulkan dampak yang parah, luas, dan tak dapat diubah terhadap orang maupun alam. Tetapi, penelitian terbaru menunjukkan emisi karbon belum pernah terjadi sebelumnya, artinya catatan geologi tak mampu membantu memprediksi dampak perubahan iklim saat ini. Para ilmuwan baru-baru ini mengungkapkan peringatan, salah satuny,a pada tingkat panas bulan pertama 2016.
Banyak peneliti berpikir dampak manusia di planet ini telah mendorong ke dalam era baru geologi yang dijuluki Anthropocene. Satwa liar kini telah punah di tingkat yang sama saat kepunahan massal terjadi.
"Hasil baru menunjukkan, tingkat emisi karbon saat ini belum pernah terjadi sebelumnya, pemanasan global paling ekstrem dari 66 juta tahun lalu," kata ahli geologi di Universitas Leuven di Belgia Peter Stassen.
Penelitian baru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience meneliti kejadian pada 56 juta tahun lalu percaya pelepasan emisi karbon ke atmosfer kali ini terbesar sejak kepunahan dinosaurus pada 66 juta tahun lalu. Palaeocene–Eocene Thermal Maximum (PETM) menunjukkan temperatur suhu meningkat lima derajat Celsius selama beberapa ribu tahun.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa perubahan iklim mungkin tidak menimbulkan suhu terus meningkat. Tetapi, menurut ilmuwan, hal lain seperti mencairnya semua es kutub utara atau pelepasan massal metana dari lapisan es bisa membawa perubahan jauh lebih tajam dan lebih berbahaya.
"Dalam mempelajari salah satu episode paling dramatis mengenai perubahan global sejak akhir zaman dinosaurus, ini menunjukkan kita di wilayah yang belum terpetakan mengenai tingkat karbon yang dilepas ke atmosfer maupun lautan," kata Candace Major dari National Science Foundation AS.
Sumber emisi karbon PETM dianggap berasal dari pelepasan metana beku di dasar laut. Metana beku ini dilepas kemungkinan dari dorongan panas magma yang mendorong dan mencairkan kapur.
Oleh Gita Amanda, ed: Yeyen Rostiyani