Every person has the potential to grow and develop without limits

Kamis, 09 Juni 2016

Surat untuk Wardiah Hamzah, Istriku tercinta

Dear, Istriku tercinta
Hj. Wardiah Hamzah

Assalamu Alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah menciptakan manusia dari tanah dan meniupkan ruh-Nya dan dengan demikialah kita tercipta, kemudian memberikan rasa cinta diantara manusia dan dengan demikianlah kita mengenal, dan dengan pernikahan diikatnya cinta manusia itu dalam “rahmah yang agung”. Tak lupa shalawat dan salam kehadirat Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberi pemahaman tentang firman Allah, bagaimana manusia menjalani hidup, mengarungi cinta dan mengisi rahmah keluarganya.

Istriku yang tercinta…
Tak terasa hari ini, Bapak telah berusia 45 tahun 0 hari dan Ibu berusia 41 tahun 2 hari. Usia yang telah dhuhur menuju azhar. Kita juga telah melewati waktu yang panjang dalam sebuah ikatan pernikahan. Kita bertumbuh dan berkembang dalam fisik dan jiwa. Kita tidak lagi sama, ketika bersua di tahun 1993…
Di tahun itu, kita dipertemukan oleh takdir. Kita diberikan cinta..cinta seorang mahasiswa kepada seorang mahasiswi, adik tingkatnya. Cinta yang menggetarkan hati, cinta yang merindu hingga ketepi malam dan bibir langit.., cinta yang penuh gelora.., cinta yang bersiap menabrak gunung dan membelah laut…, cinta yang tak terhadang…, cinta yang penuh perjuangan…, cinta yang meneteskan peluh dan airmata…, cinta yang diselingi gelak tawa…., cinta yang banyak melahirkan syair…, cinta yang mendendangkan lagu…

Istriku yang tercinta…
Diantara kenangan yang indah itu, sebuah lagu dengan judul “Bunga Mawar” dari suara merdu Novia Kolopaking, sering hadir dibenak dengar kita, kala itu.. Bapak kutipkan syairnya sebagai berikut :

Bunga Mawar
ditamanku tumbuh bunga mawar
kini sedang menyembul kuncupnya
kunantikan dengan sabar hati
bilakah kuncup mengembang
ingin hati memetik bunganya
kan kusunting sebagai hiasan
bunga mawar harum dan rupawan
hiasan putri khayangan

reff.
oh..bunga mawar
lekaslah mengembang
kuingin memetik dikau
berapa lama kuharus menunggu
tak sabar rasa hatiku


Jika mengenang lagu tersebut, khususnya reffreinnya bait “lekaslah mengembang, kuingin memetik dikau, berapa lama kuharus menunggu, tak sabar rasa hatiku..” Bapak sering bertanya dalam hati, “Apakah Bapak telah memetiknya? Awalnya Bapak berpikir iya, tetapi setelah perjalanan panjang ini, Bapak berpikir, jika Bapak memetiknya, maka ia akan segera layu. Dan faktanya bunga itu tidak pernah layu, bahkan melakukan metamorfosa…. sehingga Bapak berpikir bahwa… Bapak tidak pernah memetiknya, hanya mencoba “menjaganya” dalam sebuah taman pernikahan.
Istriku yang tercinta…
Cinta itu saat ini, tidak bergemuruh lagi, cinta itu… telah menjadi telaga yang tenang. Cinta itu.. hangat seperti sentuhan sinar mentari pagi, cinta itu.. menjadi lembut menenangkan bagai embun di shubuh hari, cinta itu bergerak ke langit.. mencari ridhaNya. Ya, itulah tujuannya.. mencari keridhaanNya, wujudnya dalam bentuk “rahma”.
Cinta itu, telah berbuah manis. Seorang putri yang berakhlak mulia dan 2 putra yang pemberani, jujur, bertanggungjawab, peduli, rajin, mandiri dan rendah hati. Merekalah yang menjadi salah satu “sebab” metamorfosis cinta kita. Lewat mereka, dan seluruh peristiwa hidup yang kita lalui, Allah SWT mengedukasi cinta kita. Bahwa sesungguhnya, cinta yang “sesungguhnya” adalah kecintaan kita kepada Allah SWT dan rasulNya dengan cara menjadi sebaik-baik hamba, sebaik-baik manusia, sebaik-baik orangtua (Bapak dan Ibu), sebaik-baik anak kepada orangtua, sebaik-baik suami ataupun istri,  sebaik-baik dosen ataupun dipekerjaan kita,  sebaik-baik bertetangga, sebaik-baik bersahabat dan sebaik-baik diri sendiri.
Perjalanan kita, kini memasuki stage baru dan tantangan yang berbeda. Kita sedang menempuh pendidikan s3. Banyak pengorbanan yang telah kita berikan. Kita yang dulunya tumbuh bersama dalam gubuk sederhana kita, kini harus terpisah-pisah. Ketiga buah hati kita, terpisah berjauhan. Nadiah Nur Izzah Syam, putri kecil kita harus di Makassar untuk menyelesaikan SDnya. Ia tidak ikut ke Surabaya, karena memang tidak diperbolehkan untuk pindah jika sudah dikelas 6. Ia bersama nenek ajinya dan Kakak Idha. Rupanya, hal itu.. telah mengubahnya menjadi seorang anak yang tangguh dan mandiri. Diusianya, ia mengurus seluruh keperluan dan kebutuhan sekolahnya. Ia belajar sendiri, kursus dan ekstra kurikuler sekolahnya yang berjibun, sepanjang hari sepanjang waktu hingga minggu berikutnya. Semua ia lakukan dengan penuh kesadaran, sembari mengurus makan, minum dan pakainnya. Ia juga membantu nenek ajinya yang sakit. Kelak ia akan membimbing saudara-saudaranya.
Nawwar Ahmad Syam, anak kita yang kedua yang tidak kala hebatnya. Diusianya 9 tahun, kita bawah ke Pinrang, dengan pertimbangan sangat sulit di bawah ke Surabaya, mengingat Awang sebelumnya sudah pernah sekolah di Surabaya, maka rumit mengurus kepindahannya lagi. Pertimbangan kita yang lain, kita butuh konsentrasi lebih, saat yang sama kost kita sempit dan Faat akan ikut bersama kita. Pertimbangan kenapa tidak di Makassar saja? Jika di Makassar, maka bagaimana dengan makannya, bagaimana dengan sholatnya, bagaimana dengan sekolahnya, sedang di Makassar hanya ada nenek aji yang juga sakit dan perlu diurus. Kakak Naya, belum bisa jika ditambahi beban mengurusnya. Memang ada kakak Idha, tetapi ia sibuk dengan kuliahnya juga. Maka, pilihan terbaiknya adalah ke Pinrang.
Awalnya, seperti anak yang terpisah umumnya, maka Nawwar Ahmad Syam mengalami tantangan psikologis. Mungkin ia mengalami “rasa marah”, sehingga melakukan berbagai “pemberontakan” yang sering disebut sebagai kenakalan. Dalam kacamata kita, orangtuanya.. kenakalan itu masih wajar dan dalam batas yang masih bisa ditoleransi (Bapaknya, dulu juga nakal). Ia juga seorang anak lelaki, yang berbeda dengan anak perempuan, ia diusia puncak (9 tahun) untuk bermain dan “bereksprimen”. Tapi kini… Nawwar Ahmad Syam, putra kedua kita, telah belajar banyak hal… banyak yang bisa dibanggakan darinya. Karena diusianya 9 tahun ia “bertempur” dengan dirinya sendiri. Tidak semua anak ada dalam posisi itu… Ia akan menjadi lelaki yang pemberani, jujur, bertanggungjawab, rajin, mandiri, peduli dan rendah hati. Ia akan menjadi bintang di tengah keluarga, karakternya yang periang akan menceriahkan setiap sudut dimana ia berada. Terakhir, tadi pagi ia menelpon bahwa ia masuk sepuluh besar di sekolahnya, bukti bahwa kini ia telah kembali ke traknya, lelaki yang cerdas dan berkemauan baja. Ia telah berhasil melewati satu etafe tersulit dalam hidupnya. Sangkaan baik kita kepada Allah, bahwa peristiwa ini akan memberikan kebaikan dan hikmah.. mulai menampak. Nawwar Ahmad Syam, putra kedua kita yang membanggakan.
Istriku yang tercinta…
Buah cinta ketiga kita, Naswan Syafaat Syam, adalah anak yang ajaib. Ia yang banyak mendapat keprihatinan dan doa kita, ia yang dianggap sebagian orang “bermasalah”, karena belum bisa bicara (delay speech)… tiba-tiba dalam waktu 2 bulan setelah kedatangannya di Surabaya, telah dapat membaca dan berhitung, suatu lompatan yang luar biasa, suatu keajaiban Allah.. Itupulalah pertimbangan kita, sehingga membawanya ke Surabaya, karena ia masih kecil dan butuh banyak bimbingan secara langsung. Tak sia-sia, kita berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu menemaninya belajar dan bertumbuh. Lihatlah kini….ia lelaki yang penuh pertimbangan, penuh dengan pikiran-pikiran yang tak terduga, karena sering melihat dari sudut yang berbeda.. Ia lelaki yang Insya Allah kelak, menyemangati saudara-saudaranya. Ia pantang menyerah, walau berusaha untuk mengendalikan “tekanan” ketika belajar dengan “pura-pura” ke WC untuk kencing. Ia yang tak berkeluh kesah dan teguh mencari jalan untuk mencapai keinginan dan mimpinya. Ia anak kita Bu..bersama saudaranya yang lain akan menjadi anak sholeh.
Istriku yang tercinta…
Saat ini, kita berada pada stage yang sangat menentukan dan genting. Pendidikan S3 kita betul-betul diluar perhitungan. Tantangan yang berat, jauh dari rumah dengan biaya yang besar. Apakah kita akan menyerah dan pulang dengan “rasa kalah, malu dan tanpa kebanggaan” kepada anak-anak kita, keluarga kita, sahabat-sahabat kita dan kepada diri kita yang terdalam? Kita harus percaya kepada Allah SWT, bahwa Allah tidak akan memberi beban kepada hambanya, melebihi kemapuannya. Kita harus yakin bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Kita harus percaya bahwa Allah akan menolong setiap kebaikan yang dilakukan hambanya, bukankah S3 ini adalah sebuah kebaikan. Tetapi Allah juga berfirman, tidak akan berubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya. Allah memerintahkan kita untuk berusaha… pertanyaanya sebenarnya sederhana, sudah seberapa keras kita berusaha, sudah seberapa banyak literatur, jurnal, buku, hasil riset yang kita baca. Sudah seberapa banyak kita melakukan konsultasi, khususnya Bapak….hahaha. Ibu…Kita…Engkau dan Aku.. Insya Allah bisa melalui semua ini, kita sudah berda diujung jalan, kita telah dekat dengan garis finis. Kita sudah sangat dekat, sangat dekat. Dan demi cinta kita kepada Allah dan rasulNya, kepada anak-anak kita, keluarga kita, sahabat kita dan diri kita sendiri. Mari kita lanjutkan perjuangan ini…pendidikan s3 ini. Insya Allah, Hakkul yaqin.. kita akan selesai juga. AMINNNN
Istriku yang tercinta…
Cinta yang kita bangun, seperti diawal surat Bapak telah melalui metamorfosis. Didalam perjalanan sehari-harinya itu, adakalanya Bapak menyakiti perasaan ibu…, adakala diluar kendali diri dan menurutkan ego. Banyak kehilafan yang terjadi, dari hati terdalam Bapak memohon maaf, sekali lagi memohon MAAF, Maafkanlah Bapak….mungkin lagu Alm. Ustadz Jeffry Al Buchori judul Bidadari Surga, mencerminkan hal itu walau tak semuanya. Adapun liriknya sebagai berikut :

Bidadari Surgaku
setiap manusia punya rasa cinta
yang mesti dijaga kesuciannya
namun adakala insan tak berdaya
saat dusta mampir bertahta

ku inginkan dia yang punya setia
dan mampu menjaga kemurniannya
saat ku tak ada, ku jauh darinya
amanah pun jadi penjaganya

hatimu tempat berlindungku
dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu
dijadikan engkau istriku
engkaulah bidadari surgaku

tiada yang memahami segala kekuranganku
kecuali kamu bidadariku
maafkanlah aku dengan kebodohanku
yang tak bisa membimbing dirimu

hatimu tempat berlindungku dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu, dijadikan engkau istriku
hatimu tempat berlindungku dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu, dijadikan engkau istriku
engkaulah bidadari surgaku

bidadari surgaku

Lagu yang indah, kaya makna dan penuh pesan spritual. Tentang suami yang melihat sosok istrinya seperti bidadari surga, tidak hanya lahiriahnya tetapi juga bathin. Mengungkapkan betapa suami memiliki kelemahan dan istri menutupi segala kelemahan suaminya dengan keyakinan Allah merestuinya.
Istriku yang tercinta…
Kau bukan hanya bidadari surgaku, kaulah surgaku, kaulah bagian dari hatiku, bagian dari diriku. Cintamu menyempurnakan kerinduan kita untuk mendapat Cinta Allah SWT dan RasulNya. Cintamu membahagiakan, sebelum surga diakhirat itu datang. Semuanya karena Allah SWT. Ia yang memperjalankan takdir kita, sehingga kita bertemu dan bersama dalam lahir maupun bathin. Ia yang berkehendak, dan kehendaknya pasti penuh rahman dan rahim.
Istriku yang tercinta
Bapak benar-benar bahagia bersamamu. Kita yang dulunya hanya berdua, diberikan Allah putra dan putri untuk melengkapi kebahagian tersebut. Diberikannya kita pekerjaan, rumah tempat bernaung, kendaraan roda dua yang membuat kita sangat “dekat” dalam panas, debu dan hujan (bahkan pernah berlima hahaha…), kesempatan untuk bersekolah, yang bisa saja semua itu tidak diberikan kepada orang lain. Kita benar-benar berbahagia….  Karena kebahagian tidaklah mesti ada dalam kepenuhan harta, kebahagian tidaklah mesti ada dalam jabatan yang tinggi, kebahagian tidaklah mesti ada dalam pendidikan yang tinggi. Karena kebahagian selalu ada dalam setiap waktu, tempat dan peristiwa.
Istriku yang tercinta
Kebahagian terkadang hadir disela perdebatan kita, ketika kita mencari
dan menemukan solusinya. Kesulitan membimbing anak-anak kita dan akhirnya mereka bisa, kitapun menemukan kebahagian itu. Tantangan S3 ini dan keterpisahan kita dengan anak-anak, jika kita melaluinya dengan penuh kesenangan, maka itu juga adalah kebahagian. Kebahagian adalah bagaimana kita memandang kebahagian itu, bagaimana kita bersikap untuk berbahagia. Biaya sekolah yang besar dan dana yang terbatas, disitu juga ada kebahagian, jika kita pandai meniti dan mensyukurinya. Sehingga kita berusaha lebih keras lagi. Bapak terkadang tertawa, ketika Ibu berusaha membuat proposal, katanya untuk tambahan biaya.. Ibu senangtiasa yakin dan meyakinkan Bapak, bahwa Allah Maha Pemurah… Bapak melihat disitu ada kesulitan, tetapi kesulitan yang menyenangkan, disitu ada kegembiraan, dan itu membuat Bapak benar-benar berbahagia
Istriku yang tercinta
Disaat ini, ketika usia Bapak 45 tahun 0 hari, Ibu berusia 41 tahun 2 hari, Bapak menerawang ke belakang, yang teringat hanyalah kebahagian. Dimana kesulitannya?, dimana permasalahan hidupnya?, dimana hal-hal yang tidak baik itu..? semuanya lebur dalam cinta yang membahagiakan. Bapak juga memandang ke depan, disana juga ada cinta, cinta yang penuh rahma. Cinta yang bertumbuh dan berkembang, sepanjang perjalanan hidup kita. Cinta yang berasal dari Allah. Semuanya karena Allah. Sehingga puncak cinta adalah kecintaan yang tiada mendua selain kepada Allah SWT. Mencintai rasulNya Muhammad SAW, yang menjadi pembawa pesan dan suritauladan bagaimana itu cinta yang sejati.
Istriku yang tercinta…
Sabar dan syukur itulah yang membahagiakannya. Merubah warna ketidakbahagiaan menjadi kebahagian. Sekali lagi, semuanya karena Allah SWT semata. Untuk itu, mari kita besyukur atas usia yang diberikan serta segala yang diamanah kepada kita dengan berdoa, “Ya Allah, ampunilah dosa kami, belas kasihanilah kami, cukupkanlah segala kekurangan kami, angkatlah derajat kami, berikanlah kami petunjuk, berikanlah kami kesehatan, berikanlah kami ampunanMu Ya Allah, Ya Allah.. jadikan anak-anak dan keturunan kami, anak yang mencintai sholat dan pemimpin diantara orang yang bertaqwa. Ya Allah berilah kami keselamatan dan kebaikan dunia dan akhirat, dan jauhkalah dari siksa api neraka, Amin..”

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.


Surabaya, 9 Juni 2016
Nasruddin Syam
Suamimu, yang sedang berulang tahun


Nb ; Selamat Ulang tahun Ibu Wardiah Hamzah,
Istriku yang tercinta
















Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates