Dear, Istriku
tercinta
Hj. Wardiah
Hamzah
Assalamu
Alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah
menciptakan manusia dari tanah dan meniupkan ruh-Nya dan dengan demikialah kita
tercipta, kemudian memberikan rasa cinta diantara manusia dan dengan
demikianlah kita mengenal, dan dengan pernikahan diikatnya cinta manusia itu
dalam “rahmah yang agung”. Tak lupa shalawat dan salam kehadirat Rasulullah
Muhammad SAW, yang telah memberi pemahaman tentang firman Allah, bagaimana
manusia menjalani hidup, mengarungi cinta dan mengisi rahmah keluarganya.
Tak terasa hari ini, Bapak telah berusia 45 tahun 0
hari dan Ibu berusia 41 tahun 2 hari. Usia yang telah dhuhur menuju azhar. Kita
juga telah melewati waktu yang panjang dalam sebuah ikatan pernikahan. Kita
bertumbuh dan berkembang dalam fisik dan jiwa. Kita tidak lagi sama, ketika
bersua di tahun 1993…
Di tahun itu, kita dipertemukan oleh takdir. Kita
diberikan cinta..cinta seorang mahasiswa kepada seorang mahasiswi, adik tingkatnya.
Cinta yang menggetarkan hati, cinta yang merindu hingga ketepi malam dan bibir
langit.., cinta yang penuh gelora.., cinta yang bersiap menabrak gunung dan
membelah laut…, cinta yang tak terhadang…, cinta yang penuh perjuangan…, cinta yang
meneteskan peluh dan airmata…, cinta yang diselingi gelak tawa…., cinta yang
banyak melahirkan syair…, cinta yang mendendangkan lagu…
Istriku yang tercinta…
Diantara kenangan yang indah itu, sebuah lagu dengan
judul “Bunga Mawar” dari suara merdu Novia Kolopaking, sering hadir dibenak
dengar kita, kala itu.. Bapak kutipkan syairnya sebagai berikut :
Bunga Mawar
ditamanku tumbuh bunga mawar
kini sedang menyembul
kuncupnya
kunantikan dengan sabar hati
bilakah kuncup mengembang
ingin hati memetik bunganya
kan kusunting sebagai hiasan
bunga mawar harum dan
rupawan
hiasan putri khayangan
reff.
oh..bunga mawar
lekaslah mengembang
kuingin memetik dikau
berapa lama kuharus menunggu
tak sabar rasa hatiku
Jika mengenang lagu tersebut, khususnya reffreinnya
bait “lekaslah mengembang, kuingin memetik dikau, berapa lama kuharus menunggu,
tak sabar rasa hatiku..” Bapak sering bertanya dalam hati, “Apakah Bapak telah
memetiknya? Awalnya Bapak berpikir iya, tetapi setelah perjalanan panjang ini,
Bapak berpikir, jika Bapak memetiknya, maka ia akan segera layu. Dan faktanya
bunga itu tidak pernah layu, bahkan melakukan metamorfosa…. sehingga Bapak
berpikir bahwa… Bapak tidak pernah memetiknya, hanya mencoba “menjaganya” dalam
sebuah taman pernikahan.
Istriku yang tercinta…
Cinta itu saat ini, tidak bergemuruh lagi, cinta
itu… telah menjadi telaga yang tenang. Cinta itu.. hangat seperti sentuhan
sinar mentari pagi, cinta itu.. menjadi lembut menenangkan bagai embun di
shubuh hari, cinta itu bergerak ke langit.. mencari ridhaNya. Ya, itulah
tujuannya.. mencari keridhaanNya, wujudnya dalam bentuk “rahma”.
Cinta itu, telah berbuah manis. Seorang putri yang
berakhlak mulia dan 2 putra yang pemberani, jujur, bertanggungjawab, peduli,
rajin, mandiri dan rendah hati. Merekalah yang menjadi salah satu “sebab”
metamorfosis cinta kita. Lewat mereka, dan seluruh peristiwa hidup yang kita
lalui, Allah SWT mengedukasi cinta kita. Bahwa sesungguhnya, cinta yang “sesungguhnya”
adalah kecintaan kita kepada Allah SWT dan rasulNya dengan cara menjadi
sebaik-baik hamba, sebaik-baik manusia, sebaik-baik orangtua (Bapak dan Ibu),
sebaik-baik anak kepada orangtua, sebaik-baik suami ataupun istri, sebaik-baik dosen ataupun dipekerjaan
kita, sebaik-baik bertetangga,
sebaik-baik bersahabat dan sebaik-baik diri sendiri.
Perjalanan kita, kini memasuki stage baru dan
tantangan yang berbeda. Kita sedang menempuh pendidikan s3. Banyak pengorbanan
yang telah kita berikan. Kita yang dulunya tumbuh bersama dalam gubuk sederhana
kita, kini harus terpisah-pisah. Ketiga buah hati kita, terpisah berjauhan.
Nadiah Nur Izzah Syam, putri kecil kita harus di Makassar untuk menyelesaikan
SDnya. Ia tidak ikut ke Surabaya, karena memang tidak diperbolehkan untuk
pindah jika sudah dikelas 6. Ia bersama nenek ajinya dan Kakak Idha. Rupanya,
hal itu.. telah mengubahnya menjadi seorang anak yang tangguh dan mandiri.
Diusianya, ia mengurus seluruh keperluan dan kebutuhan sekolahnya. Ia belajar
sendiri, kursus dan ekstra kurikuler sekolahnya yang berjibun, sepanjang hari
sepanjang waktu hingga minggu berikutnya. Semua ia lakukan dengan penuh
kesadaran, sembari mengurus makan, minum dan pakainnya. Ia juga membantu nenek
ajinya yang sakit. Kelak ia akan membimbing saudara-saudaranya.
Nawwar Ahmad Syam, anak kita yang kedua yang tidak
kala hebatnya. Diusianya 9 tahun, kita bawah ke Pinrang, dengan pertimbangan
sangat sulit di bawah ke Surabaya, mengingat Awang sebelumnya sudah pernah
sekolah di Surabaya, maka rumit mengurus kepindahannya lagi. Pertimbangan kita
yang lain, kita butuh konsentrasi lebih, saat yang sama kost kita sempit dan
Faat akan ikut bersama kita. Pertimbangan kenapa tidak di Makassar saja? Jika
di Makassar, maka bagaimana dengan makannya, bagaimana dengan sholatnya,
bagaimana dengan sekolahnya, sedang di Makassar hanya ada nenek aji yang juga
sakit dan perlu diurus. Kakak Naya, belum bisa jika ditambahi beban mengurusnya.
Memang ada kakak Idha, tetapi ia sibuk dengan kuliahnya juga. Maka, pilihan
terbaiknya adalah ke Pinrang.
Awalnya, seperti anak yang terpisah umumnya, maka
Nawwar Ahmad Syam mengalami tantangan psikologis. Mungkin ia mengalami “rasa
marah”, sehingga melakukan berbagai “pemberontakan” yang sering disebut sebagai
kenakalan. Dalam kacamata kita, orangtuanya.. kenakalan itu masih wajar dan
dalam batas yang masih bisa ditoleransi (Bapaknya, dulu juga nakal). Ia juga
seorang anak lelaki, yang berbeda dengan anak perempuan, ia diusia puncak (9
tahun) untuk bermain dan “bereksprimen”. Tapi kini… Nawwar Ahmad Syam, putra
kedua kita, telah belajar banyak hal… banyak yang bisa dibanggakan darinya.
Karena diusianya 9 tahun ia “bertempur” dengan dirinya sendiri. Tidak semua
anak ada dalam posisi itu… Ia akan menjadi lelaki yang pemberani, jujur,
bertanggungjawab, rajin, mandiri, peduli dan rendah hati. Ia akan menjadi
bintang di tengah keluarga, karakternya yang periang akan menceriahkan setiap
sudut dimana ia berada. Terakhir, tadi pagi ia menelpon bahwa ia masuk sepuluh
besar di sekolahnya, bukti bahwa kini ia telah kembali ke traknya, lelaki yang
cerdas dan berkemauan baja. Ia telah berhasil melewati satu etafe tersulit
dalam hidupnya. Sangkaan baik kita kepada Allah, bahwa peristiwa ini akan
memberikan kebaikan dan hikmah.. mulai menampak. Nawwar Ahmad Syam, putra kedua
kita yang membanggakan.
Buah cinta ketiga kita, Naswan Syafaat Syam, adalah
anak yang ajaib. Ia yang banyak mendapat keprihatinan dan doa kita, ia yang
dianggap sebagian orang “bermasalah”, karena belum bisa bicara (delay speech)… tiba-tiba
dalam waktu 2 bulan setelah kedatangannya di Surabaya, telah dapat membaca dan
berhitung, suatu lompatan yang luar biasa, suatu keajaiban Allah.. Itupulalah
pertimbangan kita, sehingga membawanya ke Surabaya, karena ia masih kecil dan
butuh banyak bimbingan secara langsung. Tak sia-sia, kita berjam-jam,
berhari-hari, berminggu-minggu menemaninya belajar dan bertumbuh. Lihatlah
kini….ia lelaki yang penuh pertimbangan, penuh dengan pikiran-pikiran yang tak
terduga, karena sering melihat dari sudut yang berbeda.. Ia lelaki yang Insya
Allah kelak, menyemangati saudara-saudaranya. Ia pantang menyerah, walau
berusaha untuk mengendalikan “tekanan” ketika belajar dengan “pura-pura” ke WC
untuk kencing. Ia yang tak berkeluh kesah dan teguh mencari jalan untuk
mencapai keinginan dan mimpinya. Ia anak kita Bu..bersama saudaranya yang lain
akan menjadi anak sholeh.
Istriku yang tercinta…
Saat ini, kita berada pada stage yang sangat
menentukan dan genting. Pendidikan S3 kita betul-betul diluar perhitungan.
Tantangan yang berat, jauh dari rumah dengan biaya yang besar. Apakah kita akan
menyerah dan pulang dengan “rasa kalah, malu dan tanpa kebanggaan” kepada
anak-anak kita, keluarga kita, sahabat-sahabat kita dan kepada diri kita yang
terdalam? Kita harus percaya kepada Allah SWT, bahwa Allah tidak akan memberi
beban kepada hambanya, melebihi kemapuannya. Kita harus yakin bahwa setiap
kesulitan pasti ada kemudahan. Kita harus percaya bahwa Allah akan menolong
setiap kebaikan yang dilakukan hambanya, bukankah S3 ini adalah sebuah
kebaikan. Tetapi Allah juga berfirman, tidak akan berubah nasib suatu kaum,
kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya. Allah memerintahkan kita untuk
berusaha… pertanyaanya sebenarnya sederhana, sudah seberapa keras kita
berusaha, sudah seberapa banyak literatur, jurnal, buku, hasil riset yang kita
baca. Sudah seberapa banyak kita melakukan konsultasi, khususnya Bapak….hahaha.
Ibu…Kita…Engkau dan Aku.. Insya Allah bisa melalui semua ini, kita sudah berda
diujung jalan, kita telah dekat dengan garis finis. Kita sudah sangat dekat,
sangat dekat. Dan demi cinta kita kepada Allah dan rasulNya, kepada anak-anak
kita, keluarga kita, sahabat kita dan diri kita sendiri. Mari kita lanjutkan
perjuangan ini…pendidikan s3 ini. Insya Allah, Hakkul yaqin.. kita akan selesai
juga. AMINNNN
Istriku yang tercinta…
Cinta yang kita bangun, seperti diawal surat Bapak
telah melalui metamorfosis. Didalam perjalanan sehari-harinya itu, adakalanya
Bapak menyakiti perasaan ibu…, adakala diluar kendali diri dan menurutkan ego.
Banyak kehilafan yang terjadi, dari hati terdalam Bapak memohon maaf, sekali
lagi memohon MAAF, Maafkanlah Bapak….mungkin lagu Alm. Ustadz Jeffry Al Buchori
judul Bidadari Surga, mencerminkan hal itu walau tak semuanya. Adapun liriknya
sebagai berikut :
Bidadari Surgaku
setiap manusia punya rasa cinta
yang mesti dijaga kesuciannya
namun adakala insan tak berdaya
saat dusta mampir bertahta
yang mesti dijaga kesuciannya
namun adakala insan tak berdaya
saat dusta mampir bertahta
ku inginkan dia yang punya setia
dan mampu menjaga kemurniannya
saat ku tak ada, ku jauh darinya
amanah pun jadi penjaganya
dan mampu menjaga kemurniannya
saat ku tak ada, ku jauh darinya
amanah pun jadi penjaganya
hatimu tempat berlindungku
dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu
dijadikan engkau istriku
engkaulah bidadari surgaku
dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu
dijadikan engkau istriku
engkaulah bidadari surgaku
tiada yang memahami segala kekuranganku
kecuali kamu bidadariku
maafkanlah aku dengan kebodohanku
yang tak bisa membimbing dirimu
kecuali kamu bidadariku
maafkanlah aku dengan kebodohanku
yang tak bisa membimbing dirimu
hatimu tempat berlindungku dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu, dijadikan engkau istriku
hatimu tempat berlindungku dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu, dijadikan engkau istriku
engkaulah bidadari surgaku
Tuhanku merestui itu, dijadikan engkau istriku
hatimu tempat berlindungku dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu, dijadikan engkau istriku
engkaulah bidadari surgaku
bidadari surgaku
Lagu yang indah, kaya makna dan penuh pesan spritual.
Tentang suami yang melihat sosok istrinya seperti bidadari surga, tidak hanya
lahiriahnya tetapi juga bathin. Mengungkapkan betapa suami memiliki kelemahan
dan istri menutupi segala kelemahan suaminya dengan keyakinan Allah
merestuinya.
Istriku yang tercinta…
Kau bukan hanya bidadari surgaku, kaulah surgaku,
kaulah bagian dari hatiku, bagian dari diriku. Cintamu menyempurnakan kerinduan
kita untuk mendapat Cinta Allah SWT dan RasulNya. Cintamu membahagiakan,
sebelum surga diakhirat itu datang. Semuanya karena Allah SWT. Ia yang
memperjalankan takdir kita, sehingga kita bertemu dan bersama dalam lahir
maupun bathin. Ia yang berkehendak, dan kehendaknya pasti penuh rahman dan
rahim.
Istriku yang tercinta
Bapak benar-benar bahagia bersamamu. Kita yang
dulunya hanya berdua, diberikan Allah putra dan putri untuk melengkapi
kebahagian tersebut. Diberikannya kita pekerjaan, rumah tempat bernaung,
kendaraan roda dua yang membuat kita sangat “dekat” dalam panas, debu dan hujan
(bahkan pernah berlima hahaha…), kesempatan untuk bersekolah, yang bisa saja
semua itu tidak diberikan kepada orang lain. Kita benar-benar berbahagia…. Karena kebahagian tidaklah mesti ada dalam
kepenuhan harta, kebahagian tidaklah mesti ada dalam jabatan yang tinggi,
kebahagian tidaklah mesti ada dalam pendidikan yang tinggi. Karena kebahagian
selalu ada dalam setiap waktu, tempat dan peristiwa.
Istriku yang tercinta
Kebahagian terkadang hadir disela perdebatan kita,
ketika kita mencari
dan menemukan solusinya. Kesulitan membimbing anak-anak
kita dan akhirnya mereka bisa, kitapun menemukan kebahagian itu. Tantangan S3
ini dan keterpisahan kita dengan anak-anak, jika kita melaluinya dengan penuh
kesenangan, maka itu juga adalah kebahagian. Kebahagian adalah bagaimana kita
memandang kebahagian itu, bagaimana kita bersikap untuk berbahagia. Biaya
sekolah yang besar dan dana yang terbatas, disitu juga ada kebahagian, jika kita
pandai meniti dan mensyukurinya. Sehingga kita berusaha lebih keras lagi. Bapak
terkadang tertawa, ketika Ibu berusaha membuat proposal, katanya untuk tambahan
biaya.. Ibu senangtiasa yakin dan meyakinkan Bapak, bahwa Allah Maha Pemurah… Bapak
melihat disitu ada kesulitan, tetapi kesulitan yang menyenangkan, disitu ada
kegembiraan, dan itu membuat Bapak benar-benar berbahagia
Istriku yang tercinta
Disaat ini, ketika usia Bapak 45 tahun 0 hari, Ibu
berusia 41 tahun 2 hari, Bapak menerawang ke belakang, yang teringat hanyalah
kebahagian. Dimana kesulitannya?, dimana permasalahan hidupnya?, dimana hal-hal
yang tidak baik itu..? semuanya lebur dalam cinta yang membahagiakan. Bapak
juga memandang ke depan, disana juga ada cinta, cinta yang penuh rahma. Cinta
yang bertumbuh dan berkembang, sepanjang perjalanan hidup kita. Cinta yang berasal
dari Allah. Semuanya karena Allah. Sehingga puncak cinta adalah kecintaan yang
tiada mendua selain kepada Allah SWT. Mencintai rasulNya Muhammad SAW, yang
menjadi pembawa pesan dan suritauladan bagaimana itu cinta yang sejati.
Sabar dan syukur itulah yang membahagiakannya.
Merubah warna ketidakbahagiaan menjadi kebahagian. Sekali lagi, semuanya karena
Allah SWT semata. Untuk itu, mari kita besyukur atas usia yang diberikan serta
segala yang diamanah kepada kita dengan berdoa, “Ya Allah, ampunilah dosa kami,
belas kasihanilah kami, cukupkanlah segala kekurangan kami, angkatlah derajat
kami, berikanlah kami petunjuk, berikanlah kami kesehatan, berikanlah kami
ampunanMu Ya Allah, Ya Allah.. jadikan anak-anak dan keturunan kami, anak yang
mencintai sholat dan pemimpin diantara orang yang bertaqwa. Ya Allah berilah
kami keselamatan dan kebaikan dunia dan akhirat, dan jauhkalah dari siksa api
neraka, Amin..”
Wassalamu
Alaikum Wr. Wb.
Surabaya,
9 Juni 2016
Nasruddin
Syam
Suamimu, yang sedang berulang tahun
Suamimu, yang sedang berulang tahun
Nb ; Selamat Ulang tahun Ibu Wardiah Hamzah,
Istriku yang tercinta
0 komentar:
Posting Komentar