Jika anak dibesarkan dengan celaan,
ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemohan,
ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,
ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
ia akan menemukan cinta dalan kehidupannya
Teks asli oleh Dorothy
Law Nolte
Lantas
!, Dimana institusi pendidikan yang mengajarkan prinsip pendidikan seperti yang
diutarkan oleh Dorothy Law Nolte tersebut?
31 Maret 98, adalah
tragedy berdarah bagi mahasiswa angkatan 90 di universitas Hasanuddin. Sebuah
universitas yang menawarkan matakuliah MKDU, MKDKU dan setumpuk istilah-istilah
lainnya. Ilmu diajarkan dari diktat-diktat purba yang terkadang telah menjadi
fosil lontara. Sangat berbeda dengan realitas kehidupan. Ilmu diterima
kebenarannya apabila memenuhi metodologi ilmiah, seperti yang diajarkan
pengasuh mata kuliah metodelogi penelitian. Metodologi ilmiah harus memenuhi
syarat obyektif, empiric, logis, ucap para ahli metodologi ilmiah lainnya lewat
buku-bukunya. Jadi ia bebas dari prasangka ataupun subyektifitas termasuk
pencetus ide, ilmu, kebenaran itu sendiri. Artinya, ia bebas dari tuntunan
etika, norma, moral dan lain-lain. Tetapi apa yang terjadi?
Dosen/guru di
universitas yang berfalsafah bahwa prinsip dasar pengajaran di universitas
memandang mahaiswa sebagai orang yang telah dewasa (androgogi) tidak perlu lagi
diajari dalam aspek moralitas maupun etika. Ia adalah sesuatu yang berbeda.
Universitas hanya bertanggungjawab kepada otaknya saja, sedang moralitas dan
etika adalah tanggungjawab dirinya sendiri (mahasiswa). Dan yang terjadi adalah
dosen sering mengklaim dirinya sebagai sumber kebenaran, bila terpojok, justru
sering berlindung dibalik tirai etika dan moralitas itu sendiri.
Ketidaksopanan, keterlambatan, peta komplik adalah alas an yang cendrung
menjadi apologinya. Maka metodologi ilmiah yang diagungkan itu ternyata tidak
scara konsisten dilaksanakan.
Seorang pendidik dari
Jepang, melakukan riset tentang efektifitas dan efesiensi pengajaran yang
dilakukan dalam ruangan dengan di luar ruangan. Ternyata, mendekatkan anak
didik dengan alam dan kehidupan nyata lebih berhasil. Hal ini terlihat bahwa
hampIr sebagian besar pemimpin dan orang-orang Jepan yang sukses lahir dari metode
ini, termasuk pendidik yang melakukan riset itu sendiri.
Karaen Pattingalloang
dari Gowa, Nene’ Mallomo dari dari Sidenreng. To Acca dari Sengkang, Iman Lapeo
dari Mandar adalah contoh orang di daerah ini yang cemerlang dengan metode
pendidikan kembali ke realitas alam. Jadi, tidaklah hukumnya wajib, orang
sukses harus diproduksi oleh lembaga, institusi, universitas formal. Barangkali
dulu, lembaga-lembaga tersebut memang demikian halnya. Ia merupakan garansi
akan kesuksesan seseorang, karena di tempat tersebut bersemayam kebenaran,
idealisme dengan damai. Tetapi sekarang?
Ada sebuah lembaga
pendidikan yang dengan penuh konsisten mengajarkan ilmu kepada mahasiswanya,
tanpa memungut bayaran atau seleksi masuk seperti UMPTN. Unversitas menawarkan
kuliah dengan komplit serta realitas-realitas yang sesungguhnya. Mata
kuliahnyua mulai dari sampah hingga antariksa, penderitaan hingga kehormatan,
rasa cinta hingga rasa benci, kelahiran hingga kematian. Ringkasnya semua apa
yang dilihat, didengar, dirasa ataupun diluar dari hal tersebut diajarkan.
Mahasiswanya terdiri dari berbagai latar belakang agama, suku, ras ataupun
golongan. Dari tukang becak, kiyai, tentara, anak-anak, dewasa, lelaki,
perempuan, bahkan termasuk dosen itu sendiri adalah mahasiswanya. Inilah
universitas yang sesungguhnya, UNIVERSITAS KEHIDUPAN, universitas kita.
Universitas kehidupan
menawarkan tentang hidup. Tiap orang yang selesai ataupun tidak selesai dari
Universitas Hasanuddin ataupun universitas mana saja pasti masuk ke Universitas
Kehidupan. Dalam relevansi dengan angkatan 90 tersebut :
SELAMAT DATANG
DI UNIVERSITAS
KEHIDUPAN, SEMOGA SUKSES
0 komentar:
Posting Komentar