Jalaluddin Rumi, seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang
Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi.
Kumpulan puisi Rumi yang terkenal bernama al-Matsnawi al-Maknawi konon
adalah sebuah revolusi terhadap Ilmu Kalam yang
kehilangan semangat dan kekuatannya. Isinya juga mengeritik langkah dan arahan
filsafat yang cenderung melampaui batas, mengebiri perasaan dan mengkultuskan
rasio. Diakui, bahwa puisi Rumi memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan para
sufi penyair lainnya. Melalui puisi-puisinya Rumi menyampaikan bahwa pemahaman
atas dunia hanya mungkin didapat lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja
fisik. Dalam puisinya Rumi juga menyampaikan bahwa Tuhan, sebagai
satu-satunya tujuan, tidak ada yang menyamai.
Ciri khas lain yang membedakan puisi Rumi
dengan karya sufi penyair lain adalah seringnya ia memulai puisinya dengan
menggunakan kisah-kisah. Tapi hal ini bukan dimaksud ia ingin menulis puisi naratif.
Kisah-kisah ini digunakan sebagai alat pernyataan pikiran dan ide. Salah satu
puisi sufistiknya sebagai berikut :
Hari ini, seperti hari lainnya, kita terjaga dengan perasaan
hampa dan ketakutan. Namun, janganlah tergesa melarikan diri dari kenyataan
pahit ini dengan pergi berdoa atau membaca kitab suci. Lepaskan semua tindakan
mekanis yang berasal ketaksadaran diri. Biarkan keindahan Sang Kekasih menjelma
dalam setiap tindakan kita. Ada beratus jalan untuk berlutut dan bersujud
kepada-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar