Every person has the potential to grow and develop without limits

Minggu, 19 Juni 2016

Doa di Bulan Ramadhan

Dalam rangkaian ayat Al-Qur’an mengenai puasa di bulan Ramadhan terselip suatu ayat yang secara khusus membicarakan soal berdoa. Di dalamnya Allah subhaanahu wa ta’aala perintahkan orang beriman untuk berdoa kepadaNya. Dan Allah subhaanahu wa ta’aala berjanji untuk mengabulkan doa siapapun asalkan memenuhi tiga syarat: (1) Memohon hanya kepada Allah subhaanahu wa ta’aala, bukan selainNya. (2) Memenuhi segala perintahNya dan (3) Beriman kepada Allah subhaanahu wa ta’aala sebagai Rabb yang Maha Kuasa mengabulkan permintaan dan menetapkan taqdir segalanya.
أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah ayat 186)
Bulan Ramadhan merupakan bulan di mana orang beriman mempunyai kesempatan begitu luas untuk berdoa kepada Allah subhaanahu wa ta’aala. Dan waktu-waktu mustajab (saat doa berpeluang besar dikabulkan Allah) tersebar dalam beberapa momen khusus sepanjang Ramadhan.
ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Ada tiga golongan yang doa mereka tidak ditolak: (1) orang yang berpuasa hingga ia berbuka, (2) imam yang adil dan (3) doa orang yang dizalimi.” (HR Tirmidzi 3522)
Subhanallah…! Dalam hal berdoa orang berpuasa disetarakan dengan pemimpin yang adil dan orang terzalimi. Doa orang berpuasa mustajab. Didengar, tidak ditolak Allah subhaanahu wa ta’aala. Bahkan dikabulkan insyaAllah. Setiap orang yang faham hadits ini sangat bergembira menyambut Ramadhan. Sebab itu berarti selama 29 atau 30 hari selama ia berpuasa peluang doanya dikabulkan Allah subhaanahu wa ta’aala sangatlah luas…!
Dan terlebih lagi saat menjelang berbuka ketika menanti tibanya azan Magrib. Kita harus memanfaatkan waktu sebaiknya untuk berdoa saat itu. Maka, saudaraku, manfaatkan kesempatan emas menjelang berbuka dengan mengajukan berbagai permintaan kepada Allah ta’aala. Sebab sebagian masyarakat kita malah menghabiskan waktu dengan ngobrol tidak karuan menjelang magrib di bulan Ramadhan. Padahal coba perhatikan hadits berikut:
سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ
“Sesungguhnya orang yang berpuasa memiliki doa yang tidak tertolak pada saat berbuka.” (HR Ibnu Majah 1743)
Lalu apakahlafal khususNabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelang ifthor berbuka puasa? Beliau membaca sebagaimana dijelaskan dalam hadits di bawah ini:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ ذَهَبَ الظَّمَأُ
وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Jika Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam berbuka, ia berdoa: Dhahabazh-zhoma-u wab tallatil-‘uruq wa tsabbatal-ajru insyaa Allah “Telah hilang dahaga, telah basah urat-urat dan semoga ganjaran didapatkan, insya Allah.” (HR Abu Dawud 2010)
Mengapa di dalam doa berbuka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengatakan: ”…dan semoga ganjaran didapatkan, insya Allah.”?
Karena sesungguhnya yang sangat diharapkan bukan semata kegembiraan pertama sewaktu berbuka di dunia, melainkan yang lebih diharapkan orang beriman ialah kegembiraan kedua yaitu saat bertemu Allah ta’aala di hari berbangkit kelak. Orang beriman ketika itu bergembira berjumpa Allah ta’aala karena puasanya sewaktu di dunia diterima olehNya. Demikianlah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda dalam hadits sebagai berikut:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
Bagi orang yang berpuasa terdapat dua kegembiraan. Kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan saat kelak perjumpaannya dengan Allah ta’aala karena ibadah puasanya.” (HR Bukhary 1771)
Doa di Bulan Ramadhan
Ihsan Tandjung – Kamis, 26 Sya'ban 1437 H / 2 Juni 2016 10:43 WIB

Hidup manusia di dunia adalah pergantian antara susah dan senang. Maka selama bulan Ramadhan khususnya, marilah kita membaca yang Nabi shollallahu ’alaih wa sallam biasa baca ketika menghadapi keadaan susah maupun menerima karunia. Untuk mengantisipasi kesusahan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam melazimkan kalimat istighfar sebagaimana hadits berikut:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa yang tetap melakukan istighfar, maka Allah subhaanahu wa ta’aala akan membebaskannya dari segala kesusahan dan melapangkannya dari setiap kesempitan serta akan memberinya rezeki dari jalan yang tidak diduganya.” (HR Abu Dawud 1297)
Sedangkan ketika menerima karunia, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menganjurkan kita membaca sebagaimana hadits berikut:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى عَبْدٍ نِعْمَةً
فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ إِلَّا كَانَ الَّذِي أَعْطَاهُ أَفْضَلَ مِمَّا أَخَذَ
“Setiap orang yang diberi karunia Allah ta’aala lalu ia membaca ‘Alhamdulillah’, maka Allah ta’aala akan berikan yang lebih utama daripada apa yang telah ia terima.” (HR Ibnu Majah 3795)
Ya Allah, basahi lidah kami dengan mengingatMu selalu. Cerdaskan kami dalam mengajukan doa-doa kepada Engkau sesuai situasi dan kondisi kami masing-masing mengikuti teladan NabiMu Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Ya Allah, berkahilah kami di bulan Sya’ban dan Ramadhan. Amin ya rabb…
Share:

Ramadhan

RAMADHAN
Maher Mustafa Maher Zain lahir di Tripoli, Lebanon, 16 Juli, adalah penyanyi, penulis lagu, dan  produser musik asal Swedia berdarah Lebanon. Dari banyaknya penggemar di halaman facebooknya, Maher Zain menjadi bintang dalam musik islam modern. Terkait dengan Bulan Ramadhan, iapun memiliki lagu tema tersebut. Adapun lirik dari Ramadhan :

RAMADHAN
Tinggi kau mengangkatku
You spread my wings
Kau bentangkan sayapku
And fly me to the sky
Dan terbangkanku ke langit

I feel so alive
Aku merasa sungguh hidup
It’s like my soul thrives in your light
Seakan jiwaku masuk ke dalam cahaya-Mu
But how I wish you’d be
Tapi betapa kuberharap kau kan selalu
Here with me all year around
Di sini bersamaku sepanjang tahun


CHORUS
Ramadan Ramadan,
Ramadanu ya habib
Ramadan yang terkasih
Ramadan Ramadan
Laytaka dawman qareeb
Betapa kuingin kau selalu di sini

Love is everywhere
Cinta di segala penjuru
So much peace fills up the air
Kedamaian penuhi udara
Ramadan month of the Quran
Ramadan bulan turunnya Quran
I feel it inside of me, strengthening my Iman
Aku merasakannya di hatiku, kuatkan imanku
But how I wish you’d be
Tapi betapa kuberharap kau kan selalu
Here with me all year around
Di sini bersamaku sepanjang tahun

CHORUS


I just love the way you make me feel
Aku suka perasaan yang kau hadirkan padaku
Every time you come around 
Tiap kali kau hadir
You breathe life into my soul
Kau hembuskan kehidupan ke dalam jiwaku
And I promise that
Dan kuberjanji 
I’ll try throughout the year
Sepanjang tahun aku kan berusaha
To keep your spirit alive
Menjaga semangatmu senantiasa hidup
In my heart it never dies
Di hatiku semangat itu tak pernah mati
Oh Ramadan!

CHORUS

Lagu yang menyatakan secara eksplisit kecintaan kepada ramdhan, keinginan agar bulan tersebut tidak segera beranjak. Untuk memahaminya, lebih baik dengan mendengarkannya saja, ayo..



Share:

Senin, 13 Juni 2016

Surat Untuk Anakku, Ramadhan Magfirah

Dear, Anak-anaku tercinta
1.  Nadiah Nur Izzah Syam,
2.  Nawwar ahmad Syam dan
3.  Naswan Syafaat Syam

Assalamu Alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah memberikan umur, keimanan, dan kesehatan sehingga kita berkenan menerima “tamu agung” yaitu Bulan Ramadhan yang mulia, dan tak lupa pula kita kirimkan  shalawat dan salam kehadirat Rasulullah Muhammad SAW, yang memberi kita petunjuk untuk menjamu “tamu agung” tersebut

Anak-anakku yang tercinta…

Tradisi menjemput tamu agung, yaitu Bulan Ramadhan tahun ini, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Perbedaan utamanya karena kita tidak berkumpul bersama. Naya di Makassar (ketika Bapak menulis surat ini, ia sedang ikut bimbingan belajar masuk Gontor), Awang di Pinrang bersama keluarga disana, sedang Bapak, Ibu dan Faat di Surabaya. Bulan Ramadhan tahun ini, memberi “nilai” yang berbeda, jujur Bapak katakan, ini adalah bulan yang “sepi”, jauh dari kalian. Jauh dari “nada tinggi” Bapak ketika membangunkan kalian, “keributan” kalian menentukan pilihan makanan berbuka, atau “sunyi” dari suara kegembiraan kalian, ketika berangkat ke mesjid untuk tarawih. Dan “keramaian” kalian bertiga menyalakan kembang api, ketika habis berbuka, waktu itu Faat masih takut-takut. Kala itu, kami hanya menonton.
Tetapi itu, tidak boleh diratapi. Karena Bulan Ramadhan tetap bulan yang harus disyukuri, bulan yang ditunggu kedatangannya setiap tahun, bulan yang membawa keberkahan, bulan yang didalamnya dosa-dosa diampuni dan doa-doa diijabah, bulan yang setiap kebaikan dibalas berlipat ganda oleh Allah dan ada satu malam diantaranya lebih baik dari seribu (1000) bulan. Bulan yang harus dilayani dengan sebaik-baik penerimaan, sebagaimana menjamu seorang tamu agung. Oleh itu, kita ambil saja hikmahnya, kita jadikan sebagai momen untuk memperbaiki ibadah kita. Menyempurnakan puasa, mendirikan sholat malam seperti Tarawih, Tahajud, Hajat dengan sholat sunnat lainnya, memperbanyak bersedekah, tadarusus Al-Qur’an, belajar kembali mengenai keislamam dan berbagai amaliah Ramadhan lainnya.
Anak-anakku yang tercinta…

Naya dan Awang jauh telah menjadi lebih dewasa. Dulu puasanya susah sekali…, kalian teramat susah dibangunkan makan sahur, harus dibujuk pula. Awang yang ketika pertama kali puasa, Bapak harus bawa jalan-jalan dengan menggunakan motor agar lupa bahwa ia sudah sangat lapar. Tapi dasar Si Awang yang tidak bisa menahan dan melupakan laparnya, iapun bernyanyi dengan syair : makan makan makan…..susu susu susu….., makan makan makan…. susu susu susu……… lagu yang diulang sepanjang jalan. Bapak rasanya tidak sampai hati, Bapak “berperang” dengan rasa iba di dalam hati, tapi Bapak pikir.. jika Awang bisa sampai puasanya hari ini, maka besok akan lebih mudah, bahkan seterusnya.. ternyata, dugaan Bapak benar. Awang bisa juga menyelesaikan puasanya, bahkan 1 bulan full tanpa ada yang batal. Dan saat ini, puasa bagi Awang bukan lagi masalah. Kau hebat nak…
Naya.. yang Bapak tidak bisa lupa adalah setiap ke mesjid tarawih senantiasa tidur, sehingga harus digendong. Selama bulan ramadhan, 30 malam. Pun kalau terbangun minta dipanggul di punggung Bapak, padahal Naya sedari kecil sudah bertubuh besar dan berat. Jika sudah dipanggul, ia pun akan tersenyum lebar dan tidak lagi tertidur, sepertinya ini sudah menjadi modus hahaha…..., sedang Ibu hanya lenggang kankung membawa sajadah saja, enak sekali Ibu, sedang Bapak….bisa dibayangkan betapa capeknya, tapi menyenangkan sekali nak… Naya juga hebat, karena juga sedari kecil, sejak kelas 1 SD telah berpuasa 1 bulan full tanpa ada yang batal, dan ini pengalaman kami yang pertama membimbing anak berpuasa, Naya benar-benar keren…
Ketika Faat sudah mulai besar, dan turut sholat tarawih di mesjid, maka keramaian dan kericuhan mulai muncul. Soalnya si Faat kalau bicara tidak bisa mengecilkan suaranya dan kadang tidak dimengerti, sehingga orang merasa terganggu dengan bicaranya, padahal jamaah sedang mendengar ceramah atau sedang sholat. Yang membuat hati Bapak terkadang “tidak enak”, karena biasanya sebelum ceramah dan sholat, diumumkan kepada seluruh jamaah : “Bapak dan Ibu yang  membawa anak ke mesjid, agar menjaga masing-masing anaknya, sehingga tidak mengganggu kekhusukan sholat dan ceramah”. Tapi, Bapak tidak peduli dengan pengumuman itu, karena bagi kami, Bapak dan Ibu.. mendidik anak agar mencintai mesjid dan menjadi ahli sholat harus dimulai sedari anak masih kecil, bahkan sedari dalam kandungan. Bapak tutup telinga dan membiarkan saja jika ada teguran. Bahkan Bapak berpikir harusnya pengurus mesjid mengajak seluruh orang tua agar membawa anaknya ke mesjid. Pada dasarnya, Anak memang ingin ke mesjid, karena disana ada kemeriahan, ada keramaian, ada teman-teman sesama anak kecil.. dan tempat yang tepat untuk bermain. Jadi, sesuatu yang sangat wajar. Yang diperlukan untuk dipikirkan adalah bagaimana sehingga anak-anak tersebut dapat bermain, sekaligus mulai belajar mengenai sholat,  pada saat yang sama orangtua mendengar ceramah dan sholat dengan khusuk. Daripada anak tersebut bermain tidak “jelas” di luar mesjid, yang akhirnya menjauhkannya dari mesjid itu sendiri.

“Kericuhan” Faat yang lain adalah ketika pulang dari mesjid, ia senantiasa mengajak berlomba lari, tentu pasti ia akan kalah. Karena ia yang paling kecil. Masalahnya adalah ia tidak mau kalah ia mau menang, ia mau kakaknya yang mengalah, ia mau menjadi juara satu. Di lain pihak kakaknya juga suka membuat ia marah, kakaknya kadang tidak mau mengalah atau mengerjai Faat. Sehingga bisa dibayangkan, maka akan ada tangisan dan rajukan dari Faat. Betul-betul…ramai sekali….hahaha.

Aku melihat..
tiga malaikat kecil
menahan lapar dan haus
di bulan penuh magfirah

Aku melihat..
tiga malaikat kecil
beriringan menuju mesjid
berdiri diantara shaf-shaf

Aku terpana…
tiga malaikat kecil
di antara kerumunan duafa
berbagi rizki dan kegembiraan

Aku mendengar…
tiga malaikat kecil
bersuara dengan merdu
dalam alunan ayat suci

aku tersentuh…
tiga malaikat kecil..
berdoa dengan khusuk
kebaikan diri dan orangtuanya

Aku bermimpi…
tiga malaikat kecil
berbaris menuju surga
menjemput ridha rabbNya

Aku melihat
tiga malaikat kecil
tidak dari langit

Anakku yang tercinta…
Jika mengenang Bulan Ramadhan yang lalu tersebut, Ramadhan saat  ini serasa “sepi”. Tapi, seperti yang Bapak Katakan, kita harus bersangka baik kepada Allah SWT. Ternyata benar, Awang sudah mulai meningkatkan kualitas Ramadhannya, ia mulai mengaji Al-Qur’an, Insya Allah akan mengkhatamkannya diakhir Bulan Ramadhan, seperti yang dilakukan Kakak Naya Ramadhan tahun lalu. Saat ini, Kakak Naya sedang memperdalam pengetahuan agamanya dengan mengikuti bimbingan belajar masuk Gontor.. Kalau Adik Faat, hahaha…. Ia belum tahu arti puasa, dipikirannya masih makan dan minum, nonton kartun dan game. Semoga Ramadhan tahun berikutnya, ia bisa juga berpuasa seperti kakak-kakaknya. Amin…
Anak-anakku yang tercinta

Bulan Ramadhan memiliki keutamaan yang luar biasa dibanding bulan-bulan lainnya. Ia adalah pemimpin seluruh bulan. Karena didalamnya Allah memberikan ampunan, keberkahan dan pembebasan dari api neraka. Sehingga perlu mengisi Bulan Ramadhan dengan banyak kebaikan. Diantara amalan yang dapat dilakukan seperti, menjalankan sholat tarawih, banyak bersedekah, memperbanyak zikir, tadarrus Al-Qur’an, memberi buka puasa. Lakukanlah kebaikan apa saja, karena tidurnya orang berpuasa saja mendapat pahala, apalagi jika kita berbuat kebaikan.
Salah satu amalan yang dianjurkan dalam Bulan Ramdahan adalah melakukan umrah. Bapak terpikir, semoga kelak Allah memberikan kita umur yang panjang, rezki yang halal, kesehatan  dan kesempatan untuk suatu waktu diusia yang masih muda, kita dapat bersama-sama yaitu Bapak, Ibu, Naya, Awang, Faat dan atau keluarga yang lain untuk umrah dan merasakan bagaimana Bulan Ramadhan di Mesjidil Haram Mekkah dan Mesjidil Nabawi Madinah. Kita juga bisa berziarah ke berbagai tempat, bisa berbuka dengan makanan dan minuman di kota yang indah dan penuh berkah tersebut. Kita menikmati kerlip-kerlip lampu dan bermandi cahaya ketika malam hari dari tempat yang tak pernah tidur tersebut. Kita juga akan “tersihir” dengan suara imam mesjid yang indah dan menggetarkan kalbu. Dan keramaian orang yang berkumpul dari berbagai suku bangsa dari seluruh dunia, yang kemungkinan besar hanya terjadi di kedua kota suci tersebut. Marilah kita mendoakannya. karena setiap doa kebaikan, Insya Allah, Allah SWT akan mengabulkannya.
Anak-anakku yang tercinta…

Marilah kita berdoa, semoga S3 Bapak dan Ibu tempuh saat ini, selesai. Kita dapat bertemu lagi di Bulan Ramdhan tahun berikutnya. Kita akan berkumpul semua dengan suasana yang Insya Allah, jauh lebih baik. Karena Kakak Naya Insya Allah, sudah dipesantren Gontor, Awang kembali ke SDIT Ar Rahmah dan begitupula halnya Adik Faat, semoga di terima di SDIT Ar Rahmah seperti saudara-saudaranya. Kita akan menikmati kebersamaan Ramdhan yang lebih indah. Ramadhan tahun ini juga sangat indah, jika kita bersangka baik. Maka bersangka baik sajalah, Insya Allah terwujud.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Ramadhan 1437 H
Orangtuamu
yang mendoakanmu selalu


Nasruddin Syam & Wardiah Hamzah


Nb : Mari nikmati lagu new sakha, lagunya enak tapi musiknya keren, ya Puasa




Share:

Aku melihat



AKU MELIHAT....

Aku melihat..
tiga malaikat kecil
menahan lapar dan haus
di bulan penuh magfirah

Aku melihat..
tiga malaikat kecil
beriringan menuju mesjid
berdiri diantara shaf-shaf

Aku terpana…
tiga malaikat kecil
di antara kerumunan duafa
berbagi rizki dan kegembiraan

Aku mendengar…
tiga malaikat kecil
bersuara dengan merdu
dalam alunan ayat suci

aku tersentuh…
tiga malaikat kecil..
berdoa dengan khusuk
kebaikan diri dan orangtuanya

Aku bermimpi…
tiga malaikat kecil
berbaris menuju surga
menjempt ridha rabbNya

Aku melihat
tiga malaikat kecil
tidak dari langit
Share:

Kamis, 09 Juni 2016

Surat untuk Wardiah Hamzah, Istriku tercinta

Dear, Istriku tercinta
Hj. Wardiah Hamzah

Assalamu Alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah menciptakan manusia dari tanah dan meniupkan ruh-Nya dan dengan demikialah kita tercipta, kemudian memberikan rasa cinta diantara manusia dan dengan demikianlah kita mengenal, dan dengan pernikahan diikatnya cinta manusia itu dalam “rahmah yang agung”. Tak lupa shalawat dan salam kehadirat Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberi pemahaman tentang firman Allah, bagaimana manusia menjalani hidup, mengarungi cinta dan mengisi rahmah keluarganya.

Istriku yang tercinta…
Tak terasa hari ini, Bapak telah berusia 45 tahun 0 hari dan Ibu berusia 41 tahun 2 hari. Usia yang telah dhuhur menuju azhar. Kita juga telah melewati waktu yang panjang dalam sebuah ikatan pernikahan. Kita bertumbuh dan berkembang dalam fisik dan jiwa. Kita tidak lagi sama, ketika bersua di tahun 1993…
Di tahun itu, kita dipertemukan oleh takdir. Kita diberikan cinta..cinta seorang mahasiswa kepada seorang mahasiswi, adik tingkatnya. Cinta yang menggetarkan hati, cinta yang merindu hingga ketepi malam dan bibir langit.., cinta yang penuh gelora.., cinta yang bersiap menabrak gunung dan membelah laut…, cinta yang tak terhadang…, cinta yang penuh perjuangan…, cinta yang meneteskan peluh dan airmata…, cinta yang diselingi gelak tawa…., cinta yang banyak melahirkan syair…, cinta yang mendendangkan lagu…

Istriku yang tercinta…
Diantara kenangan yang indah itu, sebuah lagu dengan judul “Bunga Mawar” dari suara merdu Novia Kolopaking, sering hadir dibenak dengar kita, kala itu.. Bapak kutipkan syairnya sebagai berikut :

Bunga Mawar
ditamanku tumbuh bunga mawar
kini sedang menyembul kuncupnya
kunantikan dengan sabar hati
bilakah kuncup mengembang
ingin hati memetik bunganya
kan kusunting sebagai hiasan
bunga mawar harum dan rupawan
hiasan putri khayangan

reff.
oh..bunga mawar
lekaslah mengembang
kuingin memetik dikau
berapa lama kuharus menunggu
tak sabar rasa hatiku


Jika mengenang lagu tersebut, khususnya reffreinnya bait “lekaslah mengembang, kuingin memetik dikau, berapa lama kuharus menunggu, tak sabar rasa hatiku..” Bapak sering bertanya dalam hati, “Apakah Bapak telah memetiknya? Awalnya Bapak berpikir iya, tetapi setelah perjalanan panjang ini, Bapak berpikir, jika Bapak memetiknya, maka ia akan segera layu. Dan faktanya bunga itu tidak pernah layu, bahkan melakukan metamorfosa…. sehingga Bapak berpikir bahwa… Bapak tidak pernah memetiknya, hanya mencoba “menjaganya” dalam sebuah taman pernikahan.
Istriku yang tercinta…
Cinta itu saat ini, tidak bergemuruh lagi, cinta itu… telah menjadi telaga yang tenang. Cinta itu.. hangat seperti sentuhan sinar mentari pagi, cinta itu.. menjadi lembut menenangkan bagai embun di shubuh hari, cinta itu bergerak ke langit.. mencari ridhaNya. Ya, itulah tujuannya.. mencari keridhaanNya, wujudnya dalam bentuk “rahma”.
Cinta itu, telah berbuah manis. Seorang putri yang berakhlak mulia dan 2 putra yang pemberani, jujur, bertanggungjawab, peduli, rajin, mandiri dan rendah hati. Merekalah yang menjadi salah satu “sebab” metamorfosis cinta kita. Lewat mereka, dan seluruh peristiwa hidup yang kita lalui, Allah SWT mengedukasi cinta kita. Bahwa sesungguhnya, cinta yang “sesungguhnya” adalah kecintaan kita kepada Allah SWT dan rasulNya dengan cara menjadi sebaik-baik hamba, sebaik-baik manusia, sebaik-baik orangtua (Bapak dan Ibu), sebaik-baik anak kepada orangtua, sebaik-baik suami ataupun istri,  sebaik-baik dosen ataupun dipekerjaan kita,  sebaik-baik bertetangga, sebaik-baik bersahabat dan sebaik-baik diri sendiri.
Perjalanan kita, kini memasuki stage baru dan tantangan yang berbeda. Kita sedang menempuh pendidikan s3. Banyak pengorbanan yang telah kita berikan. Kita yang dulunya tumbuh bersama dalam gubuk sederhana kita, kini harus terpisah-pisah. Ketiga buah hati kita, terpisah berjauhan. Nadiah Nur Izzah Syam, putri kecil kita harus di Makassar untuk menyelesaikan SDnya. Ia tidak ikut ke Surabaya, karena memang tidak diperbolehkan untuk pindah jika sudah dikelas 6. Ia bersama nenek ajinya dan Kakak Idha. Rupanya, hal itu.. telah mengubahnya menjadi seorang anak yang tangguh dan mandiri. Diusianya, ia mengurus seluruh keperluan dan kebutuhan sekolahnya. Ia belajar sendiri, kursus dan ekstra kurikuler sekolahnya yang berjibun, sepanjang hari sepanjang waktu hingga minggu berikutnya. Semua ia lakukan dengan penuh kesadaran, sembari mengurus makan, minum dan pakainnya. Ia juga membantu nenek ajinya yang sakit. Kelak ia akan membimbing saudara-saudaranya.
Nawwar Ahmad Syam, anak kita yang kedua yang tidak kala hebatnya. Diusianya 9 tahun, kita bawah ke Pinrang, dengan pertimbangan sangat sulit di bawah ke Surabaya, mengingat Awang sebelumnya sudah pernah sekolah di Surabaya, maka rumit mengurus kepindahannya lagi. Pertimbangan kita yang lain, kita butuh konsentrasi lebih, saat yang sama kost kita sempit dan Faat akan ikut bersama kita. Pertimbangan kenapa tidak di Makassar saja? Jika di Makassar, maka bagaimana dengan makannya, bagaimana dengan sholatnya, bagaimana dengan sekolahnya, sedang di Makassar hanya ada nenek aji yang juga sakit dan perlu diurus. Kakak Naya, belum bisa jika ditambahi beban mengurusnya. Memang ada kakak Idha, tetapi ia sibuk dengan kuliahnya juga. Maka, pilihan terbaiknya adalah ke Pinrang.
Awalnya, seperti anak yang terpisah umumnya, maka Nawwar Ahmad Syam mengalami tantangan psikologis. Mungkin ia mengalami “rasa marah”, sehingga melakukan berbagai “pemberontakan” yang sering disebut sebagai kenakalan. Dalam kacamata kita, orangtuanya.. kenakalan itu masih wajar dan dalam batas yang masih bisa ditoleransi (Bapaknya, dulu juga nakal). Ia juga seorang anak lelaki, yang berbeda dengan anak perempuan, ia diusia puncak (9 tahun) untuk bermain dan “bereksprimen”. Tapi kini… Nawwar Ahmad Syam, putra kedua kita, telah belajar banyak hal… banyak yang bisa dibanggakan darinya. Karena diusianya 9 tahun ia “bertempur” dengan dirinya sendiri. Tidak semua anak ada dalam posisi itu… Ia akan menjadi lelaki yang pemberani, jujur, bertanggungjawab, rajin, mandiri, peduli dan rendah hati. Ia akan menjadi bintang di tengah keluarga, karakternya yang periang akan menceriahkan setiap sudut dimana ia berada. Terakhir, tadi pagi ia menelpon bahwa ia masuk sepuluh besar di sekolahnya, bukti bahwa kini ia telah kembali ke traknya, lelaki yang cerdas dan berkemauan baja. Ia telah berhasil melewati satu etafe tersulit dalam hidupnya. Sangkaan baik kita kepada Allah, bahwa peristiwa ini akan memberikan kebaikan dan hikmah.. mulai menampak. Nawwar Ahmad Syam, putra kedua kita yang membanggakan.
Istriku yang tercinta…
Buah cinta ketiga kita, Naswan Syafaat Syam, adalah anak yang ajaib. Ia yang banyak mendapat keprihatinan dan doa kita, ia yang dianggap sebagian orang “bermasalah”, karena belum bisa bicara (delay speech)… tiba-tiba dalam waktu 2 bulan setelah kedatangannya di Surabaya, telah dapat membaca dan berhitung, suatu lompatan yang luar biasa, suatu keajaiban Allah.. Itupulalah pertimbangan kita, sehingga membawanya ke Surabaya, karena ia masih kecil dan butuh banyak bimbingan secara langsung. Tak sia-sia, kita berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu menemaninya belajar dan bertumbuh. Lihatlah kini….ia lelaki yang penuh pertimbangan, penuh dengan pikiran-pikiran yang tak terduga, karena sering melihat dari sudut yang berbeda.. Ia lelaki yang Insya Allah kelak, menyemangati saudara-saudaranya. Ia pantang menyerah, walau berusaha untuk mengendalikan “tekanan” ketika belajar dengan “pura-pura” ke WC untuk kencing. Ia yang tak berkeluh kesah dan teguh mencari jalan untuk mencapai keinginan dan mimpinya. Ia anak kita Bu..bersama saudaranya yang lain akan menjadi anak sholeh.
Istriku yang tercinta…
Saat ini, kita berada pada stage yang sangat menentukan dan genting. Pendidikan S3 kita betul-betul diluar perhitungan. Tantangan yang berat, jauh dari rumah dengan biaya yang besar. Apakah kita akan menyerah dan pulang dengan “rasa kalah, malu dan tanpa kebanggaan” kepada anak-anak kita, keluarga kita, sahabat-sahabat kita dan kepada diri kita yang terdalam? Kita harus percaya kepada Allah SWT, bahwa Allah tidak akan memberi beban kepada hambanya, melebihi kemapuannya. Kita harus yakin bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Kita harus percaya bahwa Allah akan menolong setiap kebaikan yang dilakukan hambanya, bukankah S3 ini adalah sebuah kebaikan. Tetapi Allah juga berfirman, tidak akan berubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya. Allah memerintahkan kita untuk berusaha… pertanyaanya sebenarnya sederhana, sudah seberapa keras kita berusaha, sudah seberapa banyak literatur, jurnal, buku, hasil riset yang kita baca. Sudah seberapa banyak kita melakukan konsultasi, khususnya Bapak….hahaha. Ibu…Kita…Engkau dan Aku.. Insya Allah bisa melalui semua ini, kita sudah berda diujung jalan, kita telah dekat dengan garis finis. Kita sudah sangat dekat, sangat dekat. Dan demi cinta kita kepada Allah dan rasulNya, kepada anak-anak kita, keluarga kita, sahabat kita dan diri kita sendiri. Mari kita lanjutkan perjuangan ini…pendidikan s3 ini. Insya Allah, Hakkul yaqin.. kita akan selesai juga. AMINNNN
Istriku yang tercinta…
Cinta yang kita bangun, seperti diawal surat Bapak telah melalui metamorfosis. Didalam perjalanan sehari-harinya itu, adakalanya Bapak menyakiti perasaan ibu…, adakala diluar kendali diri dan menurutkan ego. Banyak kehilafan yang terjadi, dari hati terdalam Bapak memohon maaf, sekali lagi memohon MAAF, Maafkanlah Bapak….mungkin lagu Alm. Ustadz Jeffry Al Buchori judul Bidadari Surga, mencerminkan hal itu walau tak semuanya. Adapun liriknya sebagai berikut :

Bidadari Surgaku
setiap manusia punya rasa cinta
yang mesti dijaga kesuciannya
namun adakala insan tak berdaya
saat dusta mampir bertahta

ku inginkan dia yang punya setia
dan mampu menjaga kemurniannya
saat ku tak ada, ku jauh darinya
amanah pun jadi penjaganya

hatimu tempat berlindungku
dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu
dijadikan engkau istriku
engkaulah bidadari surgaku

tiada yang memahami segala kekuranganku
kecuali kamu bidadariku
maafkanlah aku dengan kebodohanku
yang tak bisa membimbing dirimu

hatimu tempat berlindungku dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu, dijadikan engkau istriku
hatimu tempat berlindungku dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu, dijadikan engkau istriku
engkaulah bidadari surgaku

bidadari surgaku

Lagu yang indah, kaya makna dan penuh pesan spritual. Tentang suami yang melihat sosok istrinya seperti bidadari surga, tidak hanya lahiriahnya tetapi juga bathin. Mengungkapkan betapa suami memiliki kelemahan dan istri menutupi segala kelemahan suaminya dengan keyakinan Allah merestuinya.
Istriku yang tercinta…
Kau bukan hanya bidadari surgaku, kaulah surgaku, kaulah bagian dari hatiku, bagian dari diriku. Cintamu menyempurnakan kerinduan kita untuk mendapat Cinta Allah SWT dan RasulNya. Cintamu membahagiakan, sebelum surga diakhirat itu datang. Semuanya karena Allah SWT. Ia yang memperjalankan takdir kita, sehingga kita bertemu dan bersama dalam lahir maupun bathin. Ia yang berkehendak, dan kehendaknya pasti penuh rahman dan rahim.
Istriku yang tercinta
Bapak benar-benar bahagia bersamamu. Kita yang dulunya hanya berdua, diberikan Allah putra dan putri untuk melengkapi kebahagian tersebut. Diberikannya kita pekerjaan, rumah tempat bernaung, kendaraan roda dua yang membuat kita sangat “dekat” dalam panas, debu dan hujan (bahkan pernah berlima hahaha…), kesempatan untuk bersekolah, yang bisa saja semua itu tidak diberikan kepada orang lain. Kita benar-benar berbahagia….  Karena kebahagian tidaklah mesti ada dalam kepenuhan harta, kebahagian tidaklah mesti ada dalam jabatan yang tinggi, kebahagian tidaklah mesti ada dalam pendidikan yang tinggi. Karena kebahagian selalu ada dalam setiap waktu, tempat dan peristiwa.
Istriku yang tercinta
Kebahagian terkadang hadir disela perdebatan kita, ketika kita mencari
dan menemukan solusinya. Kesulitan membimbing anak-anak kita dan akhirnya mereka bisa, kitapun menemukan kebahagian itu. Tantangan S3 ini dan keterpisahan kita dengan anak-anak, jika kita melaluinya dengan penuh kesenangan, maka itu juga adalah kebahagian. Kebahagian adalah bagaimana kita memandang kebahagian itu, bagaimana kita bersikap untuk berbahagia. Biaya sekolah yang besar dan dana yang terbatas, disitu juga ada kebahagian, jika kita pandai meniti dan mensyukurinya. Sehingga kita berusaha lebih keras lagi. Bapak terkadang tertawa, ketika Ibu berusaha membuat proposal, katanya untuk tambahan biaya.. Ibu senangtiasa yakin dan meyakinkan Bapak, bahwa Allah Maha Pemurah… Bapak melihat disitu ada kesulitan, tetapi kesulitan yang menyenangkan, disitu ada kegembiraan, dan itu membuat Bapak benar-benar berbahagia
Istriku yang tercinta
Disaat ini, ketika usia Bapak 45 tahun 0 hari, Ibu berusia 41 tahun 2 hari, Bapak menerawang ke belakang, yang teringat hanyalah kebahagian. Dimana kesulitannya?, dimana permasalahan hidupnya?, dimana hal-hal yang tidak baik itu..? semuanya lebur dalam cinta yang membahagiakan. Bapak juga memandang ke depan, disana juga ada cinta, cinta yang penuh rahma. Cinta yang bertumbuh dan berkembang, sepanjang perjalanan hidup kita. Cinta yang berasal dari Allah. Semuanya karena Allah. Sehingga puncak cinta adalah kecintaan yang tiada mendua selain kepada Allah SWT. Mencintai rasulNya Muhammad SAW, yang menjadi pembawa pesan dan suritauladan bagaimana itu cinta yang sejati.
Istriku yang tercinta…
Sabar dan syukur itulah yang membahagiakannya. Merubah warna ketidakbahagiaan menjadi kebahagian. Sekali lagi, semuanya karena Allah SWT semata. Untuk itu, mari kita besyukur atas usia yang diberikan serta segala yang diamanah kepada kita dengan berdoa, “Ya Allah, ampunilah dosa kami, belas kasihanilah kami, cukupkanlah segala kekurangan kami, angkatlah derajat kami, berikanlah kami petunjuk, berikanlah kami kesehatan, berikanlah kami ampunanMu Ya Allah, Ya Allah.. jadikan anak-anak dan keturunan kami, anak yang mencintai sholat dan pemimpin diantara orang yang bertaqwa. Ya Allah berilah kami keselamatan dan kebaikan dunia dan akhirat, dan jauhkalah dari siksa api neraka, Amin..”

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.


Surabaya, 9 Juni 2016
Nasruddin Syam
Suamimu, yang sedang berulang tahun


Nb ; Selamat Ulang tahun Ibu Wardiah Hamzah,
Istriku yang tercinta
















Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates