Dear Anakku
Nawwar ahmad syam
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Catatan
kecil ini, Bapak tulis setahun yang lalu..dan bertepatan dengan ulang tahun
ananda yang ke 10, Bapak kirimkan kepada ananda sebagai pengingat..btapa kami
orang tuamu sangat memperhatikan dan mencintaimu selalu. Semua yang kami
lakukan hanya untuk kebaikanmu semata. Mungkin saat ini kelihatannya tidak
baik.. tapi percayalah suatu saat nanti akan terlihat hikmah dan kebaikannya
Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai setiap langkahmu dan mempertemukan engkau dengan
cita dan harapanmu nak…. Amin
YANG TENGAH, NAMANYA AWANG
Kegembiraan
akan menyebar ke seluruh ruangan, kebahagiaan
memancar disetiap wajah, jika ia
hadir dan mulai bercerita. Anak yang periang, penuh semangat dengan wajah yang
cute dan kulit yang putih halus, demikianlah gambaran fisiknya. Setelah Nadiah
Nur Izzah Syam dan sebelum Naswan Syafaat Syam, ialah yang tengah, namanya Nawwar
Ahmad Syam. Ia memang dilahirkan dengan sangat, sangat mudah dan lancar…lahir
dengan masih terbungkus, di RS Ibnu Sina Makassar, 3 September 2006, menjelang subuh hari.
Panggilan Awang
berasal dari jawaban Kakak Naya ketika ditanya siapa nama adiknya, Naya
menjawab, “ Awang….” Mungkin karena masih kecil, sehingga ketika mengucapkan
Nawwar, kedengarannya adalah Awang. Naya memang sangat menyayangi adiknya.
Ketika tidur mereka tidak mau dipisahkan, begitupula dengan urusan yang lain.
Naya yang selalu mengurus adiknya, hal itu berjalan terus dan kelak membuat
masalah baru karena si Awang keenakan dengan hal tersebut.
Seperti
Naya, maka Awangpun dititipkan di TPA Aksara Dinkes Pendidikan Nasional Sulsel.
Yang membedakannya dengan Naya adalah TK tempat sekolahnya yaitu Naya di TK
IKIP sedang Awang di TKIT Al Bina, dengan pertimbangan dekat dengan kampus.
Sedang sekolah dasar yang diikuti, maka Awang kaya dengan pengalaman belajar.
Ia masuk kelas 1 di SDIT Ar Rahma seperti Naya, tetapi Awang sempat pula masuk
di SD Muhammadiaya Pucang, di Jl. Pucang Anom Surabaya saat kelas III, kemudian
kembali ke Makassar selama setahu. Setelah itu, lanjut lagi di kelas IV SD
Negri 16 Pinrang. Sungguh pengalaman sekolah yang penuh warna.
Bersama
Naya, Awang tumbuh dan bermain bersama. Dimana ada Naya disitu ada Awang,
bahkan semua teman Naya yang ada didekat rumah yaitu Vina dan Raya, juga
menjadi teman Naya. Ketika ikut Less Kumon di BTP, Sudiang dan Perintis, juga
bersama Naya. Yang berbeda hanyalah ketika Awang sekolah di Surabaya, maka Awang
ikut less kumon di Kumon Manyar, di Jalan Kertajaya Surabaya. Bahkan kursus
berenangnya juga bersama Naya, dan Awang menunjukkan bahwa ia bisa cepat
belajar berenang.
Awang
adalah anak yang pintar, terlihat jika mengerjakan kumonnya bisa cepat selesai.
Hanya saja jika ia bermalas-malasan, maka lambat sekali selesainya. Pernah,
suatu ketika saya marah besar, kalau tidak salah di Surabaya, banyak PRnya yang
tidak dikerjakan, dibiarkan berhari-hari sehingga menumpuk. Saat tanya mana PR
yang akan dikumpul dan ia tidak memeprlihatkannya, maka saya ancam supaya
segera mengerjakan PRnya. Ternyata, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaannya, sangatlah cepat, jauh lebih cepat dari yang ditargetkan. Seringkali
persoalan mengerjakan kumon menjadi sumber kemarahan, karena lalai dikerja.
Padahal tujuan memasukkannya di Kumon, selain ia mahir mengerjakan matematika,
akan membangun karakter anak yang suka akan tantangan dan
menyelesaikannya. Saya sering
memperlihatkan kasus-kasus tersebut di Kumon Manyar Surabaya. Berapa banyak
anak yang dapat mencapai 5 level di atas tingkatan kelasnya. Di Kumon Manyar,
disamping pribumi banyak juga anak chines yang ikut. Saya menceritakan bahwa
mereka umumnya bercita-cita melanjutkan pendidikannya di negara maju, kemudian
kembali ke Indonesia. Mereka telah menjadi jauh lebih unggul dan mudah
memenangkan kompetisi…kompetisi apa saja. Kami berharap dan berdoa kirannya ia
menjadi pribadi yang unggul.
Ada satu
periode, yang saya tertawa keras. Ketika Awang
sekolah SD Muhammadiyah Pucang
Surabaya, biasa seluruh hasil ujian di kembalikan ke Siswa, sehingga orangtuapu
dapat mengetahui perkembangan pendidkan anaknya. Nilai Awang, semuanya bagus,
banyak yang diantaranya 9, ada juga yang 10, walaupun tetap ada yang 8. Saya
pun berharap gembira dan bangga, bahwa Awang akan mendapat peringkat di sekolahnya.
Betapa terkejutnya, ketika melihat lampiran seluruh nilai siswa kelas, ternyata
Awang berada pada urutan ke 2….., kedua dari terakhir atau nomor 29 dari 30
siswa. Rupanya, nilai teman-temannya yang lain berkisar 9 dan 10 saja. Bahkan ada
yang seluruh mata pelajarannya mendapat nilai 10… ha..ha..ha..Tetapi saya tetap
yakin dengan potensinya. Walaupun saya tetap mengatakan pisau yang tajam jika
tidak diasah akan tumpul, sedang pisau yang tumpul jika tetap diasah akan
tajam. Jadi penting mengasah pisau atau belajar, apalagi kalau otaknya memang
cerdas. Semoga kelak, Allah SWTmembimbingnya menjadi ilmuan muslim.
Ya allah,…
bersihkan hatinya
indahkan akhlanya
sehatkan tubuhnya
cerdaskan
otaknya
Awang juga
adalah anak yang gampang berteman, dengan siapa saja. Siapa yang tak kenal Awang
di BTN Wesabbe? Jika saya bersamanya seluruh orang akan memanggil namanya… Hal
ini karena ia anak yang periang dan suka bercanda. Teman-temannya di SDIT Ar
Rahmah bersedih ketika ia akan pindah sementara ke Pinrang. Bahkan ada cerita,
ketika saya mengurus kepindahan Awang, hari itu sebelum datang ke sekolah saya
menyampaikan kepadanya untuk jangan dulu menceritakan kepindahannya, ternyata
pas ketika keluar dari ruang kantor sekolah, saya bertemu dengan wali kelasnya,
wali kelasnyapun Bu Wanti bertanya, “Awang betul mau pindah sekolah? Iapun
melanjutkan,”tidak ada lagi yang lucu-lucu”. Hal yang sama dengan ketika ia
bersekolah di Surabaya, Bu Dini guru kelasnya, mengatakan bahwa Awang suka
sekali menyelutuk, sehingga seluruh teman-temannya tertawa. Kami senantiasa
mengingatkannya, untuk selalu serius mengerjakan sesuatu, walaupun tetap perlu
tersenyum.
Pada
dasarnya Awang adalah anak yang tak bisa diam. Ia memiliki energi yang
luarbiasa, otaknya senantiasa bekerja. Sehingga ia selalu beraktivitas, mungkin
ini adalah salah satu penyebab ia tidak terlalu gemuk. Main bola adalah
hobbinya, bahkan sering ia menceritakan keinginannya menjadi pemain bola, tapi
saya biarkan saja. Disamping berenang bersama kakaknya, ia juga sering kemana-mana
dengan bersepeda hingga ke Perumdos. Pernah suatu ketika, kami mendengarkan
bahwa ia kecelakaan. Ia pulang dengan menangis keras, sepedanya hancur, kata
kakaknya lewat telpon, karena saat itu kami sedang di luar. Kami bergegas
pulang. Ketika sampai di rumah, kami melihat velek sepeda tersebut sudah tak
berbentuk dan Awang sedang menangis keras. Dalam hati, sangat bersyukur kepada
Allah SWT….karena Awang tidak apa-apa, padahal ketika melihat kondisi sepeda
tersebut, terbayang..ngeri sekali. Tapi anehnya Awang menangis keras.
Barangkali ia mengira akan mendapat marah besar, karena sepedanya telah hancur.
Saat itu, kami tidak memarahinya, bagi kami yang paling penting ia selamat,
sepeda dapat dibeli kembali.
Salah satu
kebahagiaan kami sebagai orangtua, karena Naya, Awang dan Faat, sedari kecil
sudah rajin ke mesjid. Sangat berbeda dengan kebanyakan anak. Di awalnya, saya
seringkali mengajaknya Jumatan di berbagai mesjid. Karena doa kami, diantaranya
semoga kelak kami, anak dan keturunan kami menjadi ahli mesjid. Komitmen itu
kami wujudkan dengan janji bahwa tempat pertama yang anak kami akan injakkan
kakinya ketika pertama kali meninggalkan atau keluar rumah setelah mereka lahir
adalah Mesjid. Kami tidak bisa melupakan betapa, kami membawa mereka pada saat
gelap dan dingin di waktu shubuh, setelah usia beberapa bulan ke Mesjid al
Markas Al Islami dari Wesabbe. Dan hal ini mulai terlihat. Mereka sering sholat
magrib di Mesjid Al Falah. Kebiasaan itu juga berlangsung di Mesjid Surabaya,
bahkan beberapa mesjid besar sudah pernah dikunjungi termasuk Mesjid Laksamana
Chen Ho dan Mesjid Sunan Ampel. Kini di Pinrang, kebiasaan itu berlanjut
bersama keluarga di Pinrang.
Awal mulai
puasa Si Awang, sangat menarik. Di usianya masih 6 tahun Awang sudah puasa. Waktu
itu, sudah lewat tengah hari, ia rupanya sudah haus. Maka iapun meminta
dibuatkan susu. Umumnya mereka bersaudara lama minum susunya. Saya sampaikan
tunggumi Nak. Ia pun melupakannya, tetapi tidak lama kemudian ia bilang lagi
mau makan, saya sampaikan, “Sabar, Nak,
lagi sedikit..”. tapi ia tetap merengek. Sehingga terpikir untuk mengajaknya
berjalan-jalan ke kota sambil mencari
pompa ban sepeda di Jl. Pettarani. Dengan mengendarai motor, saya membonceng Awang
di depan motor sambil berharap ia melupakan lapar dan hausnya. Rupanya karena
memang sudah lapar dan haus, maka itu diwujudkannya dengan menyanyi selama
perjalanan. Yang lucu karena menyanyinya berisi syair yaitu :
susu… susu … susu …
minum…minum… minum..
susu… susu … susu …
minum…minum… minum..
Lagu itu didendangkan selama
perjalanan, tak pernah berhenti.
Rasa kasihan, iba dan menahan nafas
mendengarkannya. Tapi, saya tetap berketapan hati. Ikrar saya dalam hati, jika
hari ini berhasil maka Insya Allah besok akan lebih mudah. Begitupula
sebaliknya jika hari ini gagal, besok mungkin lebih sulit. Hari itu, kami
berhasil melewatinya. Awang dapat berpuasa penuh. Benar yang kami perkirakan,
besoknya menjadi lebih muda, walaupun tetap jalan-jalan dengan menggunakan
motor untuk melupakan waktu. Alhamdulillah, Awang dapat menyelesaikan puasanya
1 bulan penuh, pada saat yang sama banyak anak yang tidak sanggup, lebih dari
itu orang dewasa banyak juga yang tidak puasa. Awang benar-benar membanggakan.
Awang sudah
mulai main dengan banyak anak lelaki, tidak lagi lengket dengan Genknya Naya. Apalagi
ketika adeknya Faat lahir, Awang sangat menyayangi adiknya. Ia menjadi
solmednya Faat. Dimana ada Awang disitu Faat mengekor. Mulai dari main bola,
hingga memanjat pohon mangga dan sawo yang ada sekitar rumah. Membonceng
adiknya kemana-mana, hingga Faat pernah
terjatuh karena bonceng sambil balap. Seperti anak-anak umumnya mereka juga
bertengkar.
Saat ini Awang
ada di Pinrang, hal ini karena kami harus menetap di Surabaya. Dulu memang
pernah ke Surabaya, agar ia mendapat pengalaman yang lebih berwarna dengan
melihat dunia lain. Jika ia di Makassar, kami kuatir ia tidak teratur makan,
maka kami titipkan di Pinrang. Ini adalah episiode yang berat bagi Awang, Naya,
Faat dan kami. Karena harus terpisah jauh. Tapi, kami percaya bahwa, Allah
tidak akan memberikan ujian ini jika tidak ada hikmah yang besar dibalik hal
tersebut. Kami yakin Awang akan mendapat teman baru dan pengalaman baru. Tidak
semua anak akan mengalami hal tersebut. Awang akan semakin berani, jujur,
peduli dan mandiri.
Bagi kami,
terkadang anak harus berinteraksi dengan alam, karena itu akan mengembangkan
pribadinya. Kisah Si Bolang (Bocah Petualang) di trans TV adalah contoh
bagaimana mengajak anak untuk berinteraksi dengan alam. Banyak anak yang asyik
dengan rumah dan dunia maya saja, sehingga ketika di masa dewasanya ia akan
kagok melihat situasi sehingga gagal bertumbuh dengan baik. Apalagi Awang
adalah seorang laki-laki. Sambil bergurau biasa saya katakan tidak apa-apa
nakal-nakal sedikit. Maksud dari pernyataan tersebut adalah menjadi anak
pemberani, ketika melihat sesuatu yang salah, berani mengoreksinya dan
mengembangkan daya kreatifitasnya. Tidak ada anak penakut yang kreatif, yang
kreatif biasanya nakal. Rupanya belum dipahami oleh keluarga yang lain. Tapi
tidak apa-apa. Toh Awang akan berkembang dengan kecerdasan emosionalnya pada
saat yang sama kecerdasan intelektual dan kecerdasan spritualnya juga bertumbuh
Amin.
Seorang lelaki
adalah pemberani
Berani berkata jujur dan benar
Dengan hatinya ia bersikap
Otaknya akan berpikir
Tanganya akan bertindak
Lelaki yang hebat adalah penuh tannggungjawab
Melindungi diri dan keluarganya
Belajar dan bekerja keras untuk masa depan
Tak ragu dengan risiko yang menantang
Dengan bismillah..ia memulai
Pengalaman dan tantantangan
Bagian hidup yang menbesarkan
Tidak ada keluh dan kesah
Karena lahir dari keyakinan hati
Surabaya, Desember 2015
Dari kedua orangtuamu
0 komentar:
Posting Komentar