Dear,
Anak-anaku tercinta
1. Nadiah Nur Izzah Syam,
2. Nawwar ahmad Syam dan
3. Naswan Syafaat Syam
Assalamu
Alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah memberikan
umur, keimanan, dan kesehatan sehingga kita berkenan menerima “tamu agung”
yaitu Bulan Ramadhan yang mulia, dan tak lupa pula kita kirimkan shalawat dan salam kehadirat Rasulullah
Muhammad SAW, yang memberi kita petunjuk untuk menjamu “tamu agung” tersebut
Anak-anakku
yang tercinta…
Tradisi menjemput tamu agung, yaitu Bulan Ramadhan
tahun ini, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Perbedaan utamanya karena
kita tidak berkumpul bersama. Naya di Makassar (ketika Bapak menulis surat ini,
ia sedang ikut bimbingan belajar masuk Gontor), Awang di Pinrang bersama
keluarga disana, sedang Bapak, Ibu dan Faat di Surabaya. Bulan Ramadhan tahun
ini, memberi “nilai” yang berbeda, jujur Bapak katakan, ini adalah bulan yang “sepi”,
jauh dari kalian. Jauh dari “nada tinggi” Bapak ketika membangunkan kalian,
“keributan” kalian menentukan pilihan makanan berbuka, atau “sunyi” dari suara
kegembiraan kalian, ketika berangkat ke mesjid untuk tarawih. Dan “keramaian”
kalian bertiga menyalakan kembang api, ketika habis berbuka, waktu itu Faat
masih takut-takut. Kala itu, kami hanya menonton.
Tetapi itu, tidak boleh diratapi. Karena Bulan
Ramadhan tetap bulan yang harus disyukuri, bulan yang ditunggu kedatangannya
setiap tahun, bulan yang membawa keberkahan, bulan yang didalamnya dosa-dosa
diampuni dan doa-doa diijabah, bulan yang setiap kebaikan dibalas berlipat
ganda oleh Allah dan ada satu malam diantaranya lebih baik dari seribu (1000)
bulan. Bulan yang harus dilayani dengan sebaik-baik penerimaan, sebagaimana
menjamu seorang tamu agung. Oleh itu, kita ambil saja hikmahnya, kita jadikan
sebagai momen untuk memperbaiki ibadah kita. Menyempurnakan puasa, mendirikan sholat
malam seperti Tarawih, Tahajud, Hajat dengan sholat sunnat lainnya,
memperbanyak bersedekah, tadarusus Al-Qur’an, belajar kembali mengenai keislamam
dan berbagai amaliah Ramadhan lainnya.
Anak-anakku yang tercinta…
Naya dan Awang jauh telah menjadi lebih dewasa. Dulu
puasanya susah sekali…, kalian teramat susah dibangunkan makan sahur, harus
dibujuk pula. Awang yang ketika pertama kali puasa, Bapak harus bawa
jalan-jalan dengan menggunakan motor agar lupa bahwa ia sudah sangat lapar.
Tapi dasar Si Awang yang tidak bisa menahan dan
melupakan laparnya, iapun bernyanyi dengan syair : makan makan
makan…..susu susu susu….., makan makan makan…. susu susu susu……… lagu yang
diulang sepanjang jalan. Bapak rasanya tidak sampai hati, Bapak “berperang”
dengan rasa iba di dalam hati, tapi Bapak pikir.. jika Awang bisa sampai
puasanya hari ini, maka besok akan lebih mudah, bahkan seterusnya.. ternyata, dugaan
Bapak benar. Awang bisa juga menyelesaikan puasanya, bahkan 1 bulan full tanpa
ada yang batal. Dan saat ini, puasa bagi Awang bukan lagi masalah. Kau hebat
nak…
Naya.. yang Bapak tidak bisa lupa adalah setiap ke
mesjid tarawih senantiasa tidur, sehingga harus digendong. Selama bulan
ramadhan, 30 malam. Pun kalau terbangun minta dipanggul di punggung Bapak,
padahal Naya sedari kecil sudah bertubuh besar dan berat. Jika sudah dipanggul,
ia pun akan tersenyum lebar dan tidak lagi tertidur, sepertinya ini sudah
menjadi modus hahaha…..., sedang Ibu hanya lenggang kankung membawa sajadah
saja, enak sekali Ibu, sedang Bapak….bisa dibayangkan betapa capeknya, tapi
menyenangkan sekali nak… Naya juga hebat, karena juga sedari kecil, sejak kelas
1 SD telah berpuasa 1 bulan full tanpa ada yang batal, dan ini pengalaman kami
yang pertama membimbing anak berpuasa, Naya benar-benar keren…
Ketika Faat sudah mulai besar, dan turut sholat
tarawih di mesjid, maka keramaian dan kericuhan mulai muncul. Soalnya si Faat kalau
bicara tidak bisa mengecilkan suaranya dan kadang tidak dimengerti, sehingga
orang merasa terganggu dengan bicaranya, padahal jamaah sedang mendengar
ceramah atau sedang sholat. Yang membuat hati Bapak terkadang “tidak enak”,
karena biasanya sebelum ceramah dan sholat, diumumkan kepada seluruh jamaah :
“Bapak dan Ibu yang membawa anak ke
mesjid, agar menjaga masing-masing anaknya, sehingga tidak mengganggu kekhusukan
sholat dan ceramah”. Tapi, Bapak tidak peduli dengan pengumuman itu, karena
bagi kami, Bapak dan Ibu.. mendidik anak agar mencintai mesjid dan menjadi ahli
sholat harus dimulai sedari anak masih kecil, bahkan sedari dalam kandungan.
Bapak tutup telinga dan membiarkan saja jika ada teguran. Bahkan Bapak berpikir
harusnya pengurus mesjid mengajak seluruh orang tua agar membawa anaknya ke
mesjid. Pada dasarnya, Anak memang ingin ke mesjid, karena disana ada
kemeriahan, ada keramaian, ada teman-teman sesama anak kecil.. dan tempat yang
tepat untuk bermain. Jadi, sesuatu yang sangat wajar. Yang diperlukan untuk
dipikirkan adalah bagaimana sehingga anak-anak tersebut dapat bermain,
sekaligus mulai belajar mengenai sholat,
pada saat yang sama orangtua mendengar ceramah dan sholat dengan khusuk.
Daripada anak tersebut bermain tidak “jelas” di luar mesjid, yang akhirnya
menjauhkannya dari mesjid itu sendiri.
“Kericuhan” Faat yang lain adalah ketika pulang dari
mesjid, ia senantiasa mengajak berlomba lari, tentu pasti ia akan kalah. Karena
ia yang paling kecil. Masalahnya adalah ia tidak mau kalah ia mau menang, ia
mau kakaknya yang mengalah, ia mau menjadi juara satu. Di lain pihak kakaknya
juga suka membuat ia marah, kakaknya kadang tidak mau mengalah atau mengerjai
Faat. Sehingga bisa dibayangkan, maka akan ada tangisan dan rajukan dari Faat.
Betul-betul…ramai sekali….hahaha.
Aku melihat..
tiga malaikat kecil
menahan lapar dan haus
di bulan penuh magfirah
Aku melihat..
tiga malaikat kecil
beriringan menuju mesjid
berdiri diantara shaf-shaf
Aku terpana…
tiga malaikat kecil
di antara kerumunan duafa
berbagi rizki dan kegembiraan
Aku mendengar…
tiga malaikat kecil
bersuara dengan merdu
dalam alunan ayat suci
aku tersentuh…
tiga malaikat kecil..
berdoa dengan khusuk
kebaikan diri dan orangtuanya
Aku bermimpi…
tiga malaikat kecil
berbaris menuju surga
menjemput ridha rabbNya
Aku melihat
tiga malaikat kecil
tidak dari langit
Anakku yang tercinta…
Jika mengenang Bulan Ramadhan yang lalu tersebut,
Ramadhan saat ini serasa “sepi”. Tapi, seperti yang Bapak
Katakan, kita harus bersangka baik kepada Allah SWT. Ternyata benar, Awang
sudah mulai meningkatkan kualitas Ramadhannya, ia mulai mengaji Al-Qur’an,
Insya Allah akan mengkhatamkannya diakhir Bulan Ramadhan, seperti yang
dilakukan Kakak Naya Ramadhan tahun lalu. Saat ini, Kakak Naya sedang
memperdalam pengetahuan agamanya dengan mengikuti bimbingan belajar masuk
Gontor.. Kalau Adik Faat, hahaha…. Ia belum tahu arti puasa, dipikirannya masih
makan dan minum, nonton kartun dan game. Semoga Ramadhan tahun berikutnya, ia
bisa juga berpuasa seperti kakak-kakaknya. Amin…
Anak-anakku yang tercinta
Bulan Ramadhan memiliki keutamaan yang luar biasa
dibanding bulan-bulan lainnya. Ia adalah pemimpin seluruh bulan. Karena
didalamnya Allah memberikan ampunan, keberkahan dan pembebasan dari api neraka.
Sehingga perlu mengisi Bulan Ramadhan dengan banyak kebaikan. Diantara amalan
yang dapat dilakukan seperti, menjalankan sholat tarawih, banyak bersedekah,
memperbanyak zikir, tadarrus Al-Qur’an, memberi buka puasa. Lakukanlah kebaikan
apa saja, karena tidurnya orang berpuasa saja mendapat pahala, apalagi jika
kita berbuat kebaikan.
Salah satu amalan yang dianjurkan dalam Bulan
Ramdahan adalah melakukan umrah. Bapak terpikir, semoga kelak Allah memberikan
kita umur yang panjang, rezki yang halal, kesehatan dan kesempatan untuk suatu waktu diusia yang
masih muda, kita dapat bersama-sama yaitu Bapak, Ibu, Naya, Awang, Faat dan
atau keluarga yang lain untuk umrah dan merasakan bagaimana Bulan Ramadhan di
Mesjidil Haram Mekkah dan Mesjidil Nabawi Madinah. Kita juga bisa berziarah ke
berbagai tempat, bisa berbuka dengan makanan dan minuman di kota yang indah dan
penuh berkah tersebut. Kita menikmati kerlip-kerlip lampu dan bermandi cahaya ketika
malam hari dari tempat yang tak pernah tidur tersebut. Kita juga akan “tersihir”
dengan suara imam mesjid yang indah dan menggetarkan kalbu. Dan keramaian orang
yang berkumpul dari berbagai suku bangsa dari seluruh dunia, yang kemungkinan
besar hanya terjadi di kedua kota suci tersebut. Marilah kita mendoakannya.
karena setiap doa kebaikan, Insya Allah, Allah SWT akan mengabulkannya.
Anak-anakku yang tercinta…
Marilah kita berdoa, semoga S3 Bapak dan Ibu tempuh
saat ini, selesai. Kita dapat bertemu lagi di Bulan Ramdhan tahun berikutnya.
Kita akan berkumpul semua dengan suasana yang Insya Allah, jauh lebih baik.
Karena Kakak Naya Insya Allah, sudah dipesantren Gontor, Awang kembali ke SDIT
Ar Rahmah dan begitupula halnya Adik Faat, semoga di terima di SDIT Ar Rahmah
seperti saudara-saudaranya. Kita akan menikmati kebersamaan Ramdhan yang lebih
indah. Ramadhan tahun ini juga sangat indah, jika kita bersangka baik. Maka
bersangka baik sajalah, Insya Allah terwujud.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Surabaya,
Ramadhan 1437 H
Orangtuamu
yang
mendoakanmu selalu
Nasruddin
Syam & Wardiah Hamzah
Nb : Mari nikmati lagu new sakha, lagunya enak tapi musiknya keren, ya Puasa
Nb : Mari nikmati lagu new sakha, lagunya enak tapi musiknya keren, ya Puasa
0 komentar:
Posting Komentar